03. It's Gonna Be Alright

1K 171 9
                                    





[𝙬𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜; 𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙘𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧 𝙘𝙤𝙣𝙩𝙖𝙞𝙣𝙨 𝙖𝙣𝙞𝙢𝙖𝙡 𝙘𝙧𝙪𝙚𝙡𝙩𝙮]

Happy Reading




July Of 2001


Sedari tadi, manik Miran tak berhenti berpendar ke seluruh penjuru toko buku seperti mencari-cari suatu buku yang pastinya ada di antara berbarisan buku-buku lainnya. Menghela napas singkat karena tidak kunjung menemukan buku tersebut, Miran berjalan cepat ke arah meja kasir untuk bertanya.

"Apakah paman menjual buku dongeng tentang putri duyung yang bertemu dengan seorang pangeran tampan?" Perempuan yang baru saja menginjak enam tahun itu bertanya kepada sang penjaga kasir.

"Buku dongeng tidak tersedia di toko buku ini. Silakan pergi, toko kami akan tutup sebentar lagi." Sahutan sang penjaga toko membuat Miran memasang wajah sendu. Perempuan itu akhirnya mengikuti perkataan pria paruh baya tersebut, membiarkan niat membeli buku dongeng menghilang begitu Miran tak bersemagat lagi.

Tubuh kecilnya mendorong pintu kaca berat dengan sekuat tenaganya. Menaikkan kepalanya sedikit, Miran mendapati hujan sudah terguyur deras meskipun dirinya tidak membawa payung agar bisa berjalan pulang tanpa mengenai bulir-bulir air yang membasahi pakaiannya.

Garisan cahaya petir tampak muncul pada langit-langit hitam keabuan yang menutupi sinar matahari, lalu suara menggelegarnya petir terdengar dan mendengung di telinga Miran. Merasakan rasa takut menyelimutinya, Miran memejamkan menutup kedua telinganya yang mendengung hebat sedari suara petir menggelegar terdengar jelas.

"I-ibu..."

Miran mendengar suara lirihan beriringan tangisan sesegukan berasal tidak jauh darinya, suaranya juga terdengar familiar baginya.

Tunggu, Miran bahkan tidak melihat anak kecil sedari dia keluar dari toko buku. Mengapa tiba-tiba dirinya dapat mendengar tangisan anak kecil? Sungguh, ini sangat menyeramkan.

Miran membuka matanya perlahan seketika mulai mendengar tangisan itu semakin mengusik dirinya, seperti apa yang dilakukan oleh petir sebelum tangisan itu hadir seperti menggantikan petir untuk lebih menganggu Miran.

Ternyata, itu adalah seseorang anak laki-laki menangis dan duduk di tangga yang telah dibasahi oleh air-air hujan. Miran yang merasa kasihan, dia mendekati anak laki-laki dan tidak lupa untuk duduk di samping anak itu juga.

"Mengapa kamu menangis..." Miran menunduk sebentar lalu kepalanya terangkat begitu dirinya ingin melihat wajah anak laki-laki itu.

"J-jaehyun?"

Benar, itu adalah Jung Jaehyun. Teman baru yang Miran kenal beberapa hari yang lalu. Dan anehnya, Miran tak pernah melihat batang hidung Jaehyun selama dia sedang berkunjung di toko buku hari ini, mengapa tiba-tiba Jaehyun bisa muncul secara ajaib di depan toko buku ini?

Miran berhenti mengerjap matanya, merasa terkejut melihat Jaehyun menangis sesegukan untuk pertama kalinya. Meskipun baru mengenali anak lelaki itu selama enam hari, Miran tak pernah menyangka Jaehyun yang selalu bersikap jengkel sesuka hati di depannya juga menangis seperti ini.

"M-mengapa kamu tahu nama—"

Miran melepaskan jaket wol putih miliknya dan memberikannya ke pundak Jaehyun agar temannya tidak merasa kedinginan karena hanya memakai kaus putih oblong. "Aku tidak suka kalau kamu nangis..."

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang