Epilogue: Pre-Destined

782 59 12
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Happy Reading!

















"Aku akan pasti merubah semuanya."

Jaehyun bergeming sebentar, masih menatap Miran yang mengenggam pigura miliknya—terdapat potret ibunya dan dirinya di kala berumur sangat belia. Mendengar lontaran kalimat tadi sekaligus pernyataan bahwasanya sang Ibu telah dibunuh sukses membuat Jaehyun bungkam dalam seribu bahasa. "Apa yang sedang kamu bicarakan, Miran?" Sebuah deretan kalimat keluar dari mulut Jaehyun yang sempat terkatup rapat, ingin Miran menjelaskan perkataannya silam.

"Bibi Yoon memang dikatakan telah 'meninggal' karena ulah Tabib Ha, namun dia bisa kembali lagi, aku yakin itu." Alis Miran terlihat saling bertaut, berusaha untuk meyakinkan Jaehyun agar mempercayai perkataannya. "Dengan menemui Tabib Ha di dunia ini, lalu membunuhnya di tempat, ketidakseimbangan alam yang terjadi karena ulahnya—secara langsung—akan berhenti. Dan juga, mengingat Bibi Yoon yang dibunuh secara langsung oleh Tabib itu tanpa menggunakan perantara sama sekali, mungkin dia bisa kembali lagi."

Jaehyun meneguk ludah, setengah paksa. Berkali-kali pria itu berkedip sangat cepat, melebihi lintasan cahaya yang lewat di atas bentangan langit. "Lalu, setelah ketidakseimbangan alam berhenti, apa yang akan  terjadi?"

Kepala Miran mulai menunduk ke bawah, membuang arah pandang dua sorot matanya kepada satu pasang kaki telanjang miliknya. Yoona pernah mengatakan sesuatu kepadanya, dan Miran tentu mengingat itu, bahkan hal tersebut terus memutar di dalam benaknya tiada henti. "Jika semua itu sudah berhenti, gerbang dunia paralel yang telah dibuka olehnya akan menutup untuk selamanya."

Terhitung beberapa kali Jaehyun menggeleng pelan, dua lengan itu menyentuh lengan milik Miran. Namun di tengah situasi itu, perempuannya hanya terdiam sebentar lalu mengulas sebuah senyuman hangat. "Apa pun yang terjadi, semua akan baik-baik saja, Jaehyun. Aku yakin itu."

Jaehyun tentu mengingat ingatan itu. Hal itu terjadi setelah dirinya baru mengetahui kabar dari ibu kandungnya yang telah lama menghilang. Netra sayu itu pun kembali menatap vodka yang tertampung pada sebuah gelas kecil di atas meja marbel terpoles pualam hitam. Mula pelan-pelan memberi lirikan sekilas ke samping, Jaehyun mendadak rindu akan sesuatu yang tiada lagi berada di sampingnya. Sapu tangan berwarna merah itu masih digenggam kuat olehnya.

Bayang-bayang akan tawa kecil perempuan itu dan senyuman indah yang menenangkan hati dari Miran selalu berhasil membuat pria itu dilandakan oleh kerinduan. Apalagi jika mengingat jemari-jemari lentik yang selalu menyentuh dirinya sekaligus ekspresi yang terpasang pada paras cantik itu, Jaehyun sangat merindukannya.

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang