18. Beneath The Lies

318 74 0
                                    







Happy Reading!





Waktu terhenti seketika. Kedua kaki saling menempel dan dipeluk erat. Air mata deras mengalir hingga berjatuhan. Di sekitar iris manik Miran perlahan mulai menimbulkan gambaran warna-warna merah tipis. Perempuan itu tak berhenti menangis di tepi jalan, berusaha mencerna apa yang telah terjadi sedari tadi. Dia telah meninggalkan Jaehyun, dan sekarang Miran menginjak kaki jenjangnya pada tanah dunianya.

Miran menegapkan tubuh ringkihnya walaupun tidak ada tenaga yang tersisa, berusaha menguatkan dirinya. Bahunya masih bergerak naik turun, menahan segala rasa sesak yang berhasil sepenuhnya mengambil alih tubuhnya. Miran telah balik ke tempat semula, di trotoar Busan di mana perempuan itu terjatuh pingsan kemudian tiba-tiba bangun di alam semesta yang berbeda. Baru berselang beberapa menit setelah Miran kembali, akan tetapi dia tidak berhenti memikirkan pria tersebut.

Miran tahu betapa dia tidak pantas menerima segala yang Jaehyun berikan saat itu. Perempuan itu merasa egois karena sempat beraninya membiarkan apa yang terjadi di dunia itu bersama Jaehyun berlalu seolah tak terlalu penting, karena berpikir pada akhirnya dirinya akan pulang nantinya. Ternyata presensi kehangatan dalam senyuman pria itu adalah sesuatu yang selalu membuatnya tenang di kala tibanya kegelisahan, Miran telat menyadari makna di balik senyuman itu. Terlalu telat untuk merasakan kehadiran rasa itu, lagi.

Secara terang-terang, dunia ini mengirimkan Miran bukan untuk bertemu sosok Jung Jaehyun. Dalam arti menyampaikan pesan-pesan bermakna implisit bahwasanya apa yang pernah terjadi, baik mulai dari alasan kematian sang teman dekat dan kenapa Miran seharusnya tahu tentang kehidupan masa lampaunya adalah alasan hidupnya diberi beban seperti ini.

Dan sosok Jaehyun yang baik kepadanya di sana dapat memberi kehangatan di tengah situasi tak terduga ini, ditambah berada di tempat asing dan tidak memiliki kenalan siapapun. Jaehyun dapat dikatakan sebagai penyelamat. Tetapi Miran tidak pernah sadar bahwa segaris senyuman lebar yang sekali-kali terlalu terpampang nyata saat bersama pria itu adalah sesuatu yang berharga.

Jung Jaehyun di dunia itu telah membalikkan senyuman itu setelah hari-hari kelam yang Miran lewati hampir selama satu dekade.

Untuk kesekian kalinya, perempuan itu menyesal dengan sesuatu yang telah berlalu. Penyesalannya memang selalu mulai datang belakangan. Sungguh manusia yang lamban untuk menyadari semua itu. Kenapa semua kesempatan yang telah diberikan kepadanya ujung-ujungnya masih dibuang sia-sia? Menepis kehadiran Jaehyun di dalam kepalanya tidak akan berpengaruh apa-apa.

Surai gelapnya berantakan akibat ulahnya. Riasan yang dikenakan hampir secara utuh telah meluntur dikarenakan aliran air masih menurun deras di atas permukaan pipinya. Dua telapak tangannya sekaligus mengusap-usap wajahnya yang tampak meredup setiap kalinya Miran kembali memutarkan  irisan-irisan dari seluruh memori yang telak berani menjajah isi otaknya.

"Lee Miran?" Suara familier teralun menghampiri gendang telinga Miran. Ki Yoona telah berdiri di belakangnya, menatapnya tidak percaya karena Miran telah kembali secara selamat.




****





Bingkai-bingkai foto telah berbarisan di meja kayu ini. Miran merapikan beberapa dari antara mereka krena merasa kurang terpuasi oleh posisi-posisi yang cukup berantakan, sebab perempuan itu akui memiliki sedikit sisi perfeksionis yang tidak ada apa-apanya. Foto-foto yang tercetak jelas merupakan kenangan-kenangan masa lalu, saat masih berusia sangat belia.

PRE-DESTINED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang