Hari ini, Kenzie, Rara, Nakula, Dewa, dan juga Arya benar-benar datang ke tempat peristirahatan terakhir Stella.
Ke limanya baru saja Selesai berdo'a. Kenzie mengusap pelan batu nisan Stella.
Andai saja malam itu Kenzie tidak datang, mungkin … ia tidak akan pernah bertemu dengan Stella, dan kejadian ini juga tak akan menimpa pada Stella.
"Stella, gue minta maaf baru bisa ketemu lo sekarang. Gue bener-bener baru tahu kemarin soal ini, gue … sama temen-temen bener-bener minta maaf soal kejadian yang menimpa lo."
Kenzie beranjak, "Kita pamit ya, Stell."
Setelah mengatakan itu, Kenzie, dan teman-temannya memilih pergi meninggalkan pemakaman Stella.
Kenzie naik ke atas motornya, cowok itu menatap teman-temannya satu persatu. "Gue duluan, ya."
"Lah, ke mana? Gak mau nongkrong dulu?" tanya Dewa.
"Gue mau jemput anak gue. Kapan-kapan, gue ajak anak gue ketemu sama kalian," kata Kenzie dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
Arya tertawa pelan, "Oke, salam sama Kiara. Jadi gak sabar ketemu sama ponakan gue," ujar Arya.
"Yaudah, ya! Gue duluan, bye!" Kenzie menancap gas motornya meninggalkan sahabat-sahabatnya.
Saat di perjalanan, Kenzie benar-benar merasa ringan. Semua permasalahan selesai.
Soal Kiara, sahabatnya, dan juga orang tuanya juga.
Motor Kenzie berhenti tepat di depan kontrakan Kiara. Cowok itu turun dan berjongkok menyapa kedua anaknya yang ternyata sudah siap.
"Papa, hari ini kita ke mana?" tanya Khanza terdengar begitu antusias.
"Em … ke mana ya? Khanza maunya ke mana?" tanya Kenzie.
"Khanza mau jalan-jalan sama Mama, sama Papa, sama Kenan juga."
Kenzie mendongak melirik Kiara, wanita itu tersenyum tipis. "Aku kerja, aku gak bisa ikut kalian. Tapi aku janji, nanti sore aku datang ke rumah kamu, Kak."
"Yah, Mamanya gak bisa ikut. Tapi Mama mau dateng nanti sore, kita berangkat duluan aja, yuk?" ajak Kenzie.
Khanza dan Kenan mengangguk cepat. "Mama, Kenan ikut sama Papa boleh?" izin Kenan.
Kiara berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Kenan. "Boleh, tapi … inget, Kenan sama Khanza gak boleh repotin Papa ya?"
Khanza dan Kenan mengangguk cepat, mereka mencium pipi Kiara bersamaan di sisi yang berbeda.
Kenzie tersenyum melihatnya. Cowok itu memilih naik ke atas motornya. Khanza duduk di depan, sedangkan Kenan, di belakang seraya memeluk Kenzie erat, karna jika terjatuh bahaya.
"Hati-Hati," pesan Kiara.
"Kenan, pegangan yang erat sama Papa ya? Jangan dilepas."
Kenan mengangguk. Ekspresinya terlihat begitu lucu karna berusaha memeluk perut Papanya dengan erat seperti pesan Mamanya.
"Kalau gitu, nanti sore kamu aku jemput, chat aja ya?" ujar Kenzie.
Kiara mengangguk. "Iya."
***
Kenzie menghentikan motornya tepat di depan rumahnya. Cowok itu menurunkan Kenan terlebih dahulu dengan hati-hati. Setelah itu, ia menurunkan Khanza.
Tangannya terulur menuntun dua anaknya dengan lembut. "Ayo kita masuk.
"Wah, Khanza, rumahnya besar ya kayak di tv-tv."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband [End]
Jugendliteratur(Follow sebelum baca boleh atuh, Bund:3) ____ "Lo tau kewajiban jadi suami itu apa?" "Jadi imam yang baik-" Kenzie menarik napasnya pelan, "-Ngasih nafkah, baik lahir maupun batin." Ia ingin menangis rasanya. Apa harus ia mempertaruhkan masa depanny...