17

1K 85 5
                                    

“Kook, Jin saat ini sedang bersama Hobi hyung. Ia sengaja mengajaknya pergi agar Jin tidak bosan dan bisa sedikit demi sedikit terbuka dengan dunia luar. Kau tahu kan semenjak dia lumpuh, dia menjadi minder dan sering menutup diri. Ia hanya merasa nyaman ketika bersama dengan orang-orang terdekatnya. Kondisi seperti itu tidak cukup baik untuknya dan Hobi hyung ingin mengembalikan kepercayaan diri Jin dengan mengajaknya keluar dan bertemu dengan teman-teman Hobi hyung sekaligus menunjukkan pada Jin bahwa tidak semua orang punya pikiran negatif terhadap kaum difabel.”

Jungkook mengangguk. Setidaknya ia merasa lega karena kejadian bunuh diri itu hanyalah mimpi buruk dan berharap bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi.

Syukurlah kau baik-baik saja, Jin.


❤❤❤

Semenjak  putus dengan Hyorin, Jungkook mempunyai banyak waktu untuk keluarganya. Dia juga terlihat lebih menikmati status jomblonya. Tidak perlu memilih lagi antara Hyorin dan keluarganya dan tak perlu uring-uringan lagi ketika Hyorin memaksa Jungkook untuk lebih mengutamakan dirinya. Jungkook sendiri sebenarnya heran dengan sikap Hyorin yang semakin lama semakin posesif padanya. Tapi sudahlah. Semuanya itu sudah selesai dan Jungkook juga baik-baik saja. Lebih senang malah karena ia bisa menikmati waktu luangnya untuk berkumpul bersama keluarganya.

Seperti saat ini, keluarga Kim sedang bersiap-siap untuk pergi mengunjungi rumah orang tua Jaewook alias kakek nenek dari Kim bersaudara. Sudah lama mereka tidak berkunjung ke sana, terakhir kali sekitar 3 bulan yang lalu. Mumpung ada hari libur, begitu pikir Jaewook.

Semua orang sedang sibuk untuk memindahkan keperluan mereka ke dalam mobil, namun tidak dengan Seokjin. Ia terduduk lemas sambil memejamkan matanya. Demam sudah menyerangnya sejak tadi malam. Entah apa penyebabnya, namun yang jelas kondisi imun Jin sedang drop saat ini. Ji Young sudah menawarkan pada Jin untuk menunda acara berkunjung itu, tapi Jin menolaknya. Ia tidak ingin kondisinya merusak acara yang sudah lama direncanakan.

Ji Young menghampiri Jin dan menempelkan punggung tangannya di dahi Jin.

“Kau tidur saja, Jin. Istirahatlah.”

Jin membuka matanya dan mengarahkan pandangannya ke ibunya.

“Nee, Eomma.”

“Sebenarnya eomma tidak tega melihatmu seperti ini. Apa kita batalkan saja, Jin? Halmeoni dan harabeoji mu pasti mengerti.”

“Jangan, Eomma. Aku baik-baik saja.”

“Baik-baik saja gimana, Jin? Badanmu masih demam.”

“Tapi aku sudah mendingan, Eomma. Eomma jangan khawatir ya..”

“Mana bisa seorang ibu tidak khawatir melihat anaknya sakit, Jin.. Sebaik apapun kondisinya kalau sakit ya tetap sakit, Jin.”

Jin hanya tersenyum.

“Sini.. Letakkan kepalamu di sini.” Kata Ji Young sambil membantu Jin untuk meletakkan kepalanya di paha Ji Young.

“Nanti kalau mau berangkat, tolong bangunin ya, Eomma.”

Ji Young mengangguk sambil mengelus lembut surai Jin. Sebenarnya Jin tidak tidur. Ia hanya menutup mata, berharap agar pening di kepalanya bisa berkurang. Setelah hampir setengah jam, Ji Young merasa bahwa Jin sudah terlelap. Terdengar suara Hoseok yang sedang berbicara kepada Namjoon.

“Hyung semuanya sudah masuk kan?”

“Udah, Hob.”

Hoseok mengangguk dan memberitahu para saudaranya untuk segera masuk ke mobil sedangkan Namjoon menghampiri Ji Young.

PrécieuxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang