20

924 80 12
                                    

“Sudah.. sudah.. Mari kita makan.” Kata Jungsoo.

“Apa tidak sebaiknya menunggu Jin pulang?” tanya Jungkook.

“Ken hyung pasti sudah mengajaknya makan, Kook. Jja!” ajak Namjoon.

Jungkook mengangguk dan mengikuti yang lain untuk menuju ke ruang makan.

Jungkook mengangguk dan mengikuti yang lain untuk menuju ke ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤❤❤

Liburan telah usai. Meskipun hanya sebentar, namun acara menginap di rumah orang tua Jae wook cukup untuk menghilangkan kepenatan semua anggota keluarganya dari rutinitas mereka. Kini, mereka semua kembali pada kesibukan masing-masing. Tak terkecuali Taehyung. Ia sedang berada di ruangannya bersama dengan manajernya Bogum, membicarakan kegiatannya hari ini.

“Tae, jangan lupa hari ini ada pemotretan salah satu majalah.”

“Siap, Hyung. Ehh.. itu bukannya majalah milik Seojoon hyung ya?”

Bogum mengangguk, mengiyakan pertanyaannya.

“Hyung, aku ada usul.”

“Usul apa, Tae?”

“Aku ingin mengajak Jin ikut dalam pemotretan itu. Aku ingin mengembalikan kepercayaan dirinya. Kau tahu kan betapa tampannya adik bungsuku itu dan sepertinya Seojoon hyung tidak akan keberatan dengan ideku ini. Bagaimana menurutmu, Hyung?”

Bogum menghela nafas. Ia merasa sedih begitu tahu Jin agak menutup diri setelah kecelakaan itu.

“Apa kondisinya masih belum membaik, Tae?”

“Sejauh ini sudah lebih baik, Hyung. Ia sudah tidak lagi melakukan self harm, tapi ia masih tertutup dengan orang-orang di luar sana. Aku mengembalikannya seperti dulu lagi. Aku ingin Jin yang dulu, yang selalu ceria, yang selalu bisa membawa tawa buat keluarga kami. Jungkook sudah sering menemaninya dan Hobi hyung juga sudah mengajaknya bertemu dengan teman-teman klub tenisnya. Sekarang giliranku untuk membantunya.”

Bogum mendudukkan dirinya di sebelah Taehyung dan mengusap punggungnya. Bukan hal yang mudah memiliki seorang adik dengan keterbatasan fisik seperti Jin. Apalagi kondisi itu timbul bukan sejak lahir melainkan karena sebuah kecelakaan.

“Hyung tahu kau sedang sedih, Tae. Hyung pun juga tahu kalau kau melakukan ini demi Jin. Jika hyung ada di posisimu, hyung pasti juga akan melakukan hal yang sama. Tapi ada baiknya jika kita membicarakan idemu ini ke Seojoon, karena bagaimana pun juga dia yang berhak memutuskan, Tae.”

“Iya, Hyung. Aku memang akan membicarakan hal ini ke Seojoon hyung dulu. Semoga dia setuju ya, Hyung.”

“Biar hyung saja yang meneleponnya, Tae.”

“Tidak perlu, Hyung. Sepertinya akan lebih baik kalau kita membicarakan ini bertiga sambil makan siang.”

“Ide bagus. Aku setuju.”

PrécieuxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang