25

692 72 20
                                    

Selepas kepergian mereka, Taehyung beranjak dari duduknya dan berniat untuk menuju ke kamarnya. Namun, tangannya ditahan oleh Namjoon.

“Kau bilang ingin membicarakan sesuatu tadi, Tae. Ada apa?”

“Tidak jadi, Hyung. Aku rasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya.”


❤❤❤

Terhitung seminggu sudah, Ken bekerja di perusahaan Jae Wook. Durasi pengurusan administrasi perpindahannya dari Jepang ke Korea yang tidak sebentar membuatnya baru-baru ini menginjakkan kaki di ruang kerjanya yang baru. Namun demikian, Ken sudah diberi tanggung jawab untuk menjabat sebagai project manager, sebuah posisi yang bertugas untuk mengatur kelancaran seluruh proyek. Bukan karena hubungan saudara Jae wook memberi tanggung jawab sebesar itu, namun karena sepak terjang Ken di perusahaan sebelumnya yang bisa dibilang cukup baik.

Meeting bulanan baru saja selesai dan terlihat beberapa karyawan mulai meninggalkan ruang meeting dan bersiap untuk makan siang. Ya, kebetulan waktu selesainya meeting bertepatan dengan jam istirahat. Ken pun demikian, ia mulai meringkas laptopnya dan meninggalkan ruang meeting. Namun sebelum pergi untuk makan siang, Ken menyempatkan diri untuk mampir ke ruangan Jae Wook.

Ia bertanya kepada sekretaris Jae Wook terlebih dahulu untuk mengetahui apakah pamannya itu bisa diganggu sebentar. Mendapati jawaban bahwa kesibukan Jae Wook tidak terlalu padat saat ini, Ken kemudian mengetuk pintu ruangan pamannya itu.

Tok tok tok

“Masuk!”

Tangan Ken terulur untuk membuka pintu itu dan melangkah masuk.

“Sajang-nim,”

Panggilan formal itu memang sengaja Ken ucapkan saat berada di kantor, karena menurutnya memang sebaiknya hubungan keluarga tidak dibawa ke dalam dunia kerja.

“Iya, Ken. Ada apa?”

“Maaf mengganggu waktu anda. Ada yang ingin saya tanyakan.”

“Tidak apa. Tidak usah terlalu formal, Ken. Kita hanya berdua di sini.”

“Ah.. baiklah. Apakah samchon tahu jam istirahatnya Seokjin?”

“Astaga, Ken! Aku kira kau mau tanya tentang pekerjaan. Hahahaha!”

“Bukan, Samchon. Hehehe,”

Ken menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Sebetulnya samchon tidak terlalu hafal dengan jadwalnya Seokjin. Kenapa kau tidak tanya Jin langsung?”

“Aku takut akan mengganggu kuliahnya.”

“Tidak akan, Ken. Jin tipe orang yang tidak akan membuka handphone-nya saat sedang kuliah. Jadi kau tidak perlu khawatir. Atau kau bisa tanya Jungkook. Dia cukup hafal dengan jadwal kuliahnya Jin.”

“Oh begitu. Baiklah, Samchon. Makasih infonya.”

“Sama-sama, Ken. Istirahatlah! Sudah waktunya makan siang.”

“Nee, Samchon. Samchon juga jangan lupa makan siang. Kalau gitu, aku pergi dulu ya, Samchon.”

“Iya, Ken. Hati-hati.”

Sebuah anggukan diberikan Ken sebagai jawaban untuk Jae Wook.

Ia berjalan menuju parkiran mobil sambil berpikir apakah ia perlu untuk menghubungi Jungkook mengingat ia tahu betul bagaimana overprotective-nya Jungkook terhadap si bungsu. Dan keputusan yang diambil adalah ia akan langsung ke kampus tanpa memberitahu kedua bersaudara itu. Masalah bagaimana ia akan bertemu dengan Jin nanti, akan ia pikirkan belakangan.

PrécieuxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang