31

505 61 29
                                    

Tanpa pikir panjang, Jungkook langsung memegang erat tangan Hyorin dan membawanya jauh dari sana. Hyorin hanya bisa diam sambil ketakutan melihat wajah Jungkook sudah sangat menyeramkan menurutnya. Belum lagi pegangan tangan Jungkook yang begitu erat membuatnya meringis kesakitan.

Sial! Kenapa gue bisa nggak tahu kalau ada Jungkook?!


❤️❤️❤️

Jungkook menghempaskan begitu saja genggaman tangannya begitu sampai di ruangan kelas yang dituju dan membuat Hyorin sedikit terhuyung. Pintu ruangan ditutup dengan kasarnya dan cukup menimbulkan suara nyaring. Beruntung di sana tidak ada orang dan juga jendela di ruangan tersebut dipasang sticker pengabur sehingga tidak ada orang dari luar yang bisa melihat dengan jelas keadaan di dalam ruangan tersebut. Sepertinya hal ini sudah Jungkook rencanakan sembari menarik Hyorin untuk mengikutinya.

Hyorin sudah ketakutan sekarang. Tidak pernah ia bayangkan bahwa ia akan melihat sisi lain dari Jungkook. Selama ini yang Hyorin tahu, Jungkook adalah seorang laki-laki yang sabar menghadapi sikap manja dan cerewetnya. Jungkook selalu menuruti keinginannya untuk menemaninya pergi ke salon, belanja baju di mall, atau pergi ke toko buku. Jungkook tidak pernah protes, tidak pernah.
Jungkook juga yang mengenalkan Hyorin dengan teman-temannya, membantunya untuk lebih dekat dengan mereka.

Awalnya Lisa, dkk bisa menerima Hyorin dengan baik dan sesekali mengajak Hyorin ikut dalam obrolan mereka saat berkumpul bersama. Namun lama kelamaan, sikap teman-teman Jungkook berubah seiring dengan pengetahuan mereka tentang sikap Hyorin yang semakin menyebalkan. Mereka bahkan seringkali memberitahu Jungkook kalau Hyorin itu nggak tulus. Ia hanya berpacaran Jungkook untuk menaikkan popularitasnya di kampus. Namun Jungkook selalu menampik omongan negatif tersebut dan bahkan beberapa kali memberi pengertian kepada Lisa, dkk tentang Hyorin. Tapi ya tetap saja, teman-temannya hanya mengangguk untuk mengiyakan perkataan Jungkook meskipun dengan hati yang agak tidak ikhlas.

Hyorin tahu, ia tahu semua kebaikan Jungkook padanya selama ini. Namun semuanya sirna. Sikap irinya yang berlebihan merusak citra good boy Jungkook di matanya dan menampilkan sisi Jungkook dengan amarahnya saat ini.

“Mau lo apa, Hyo?!!”

Hyorin tersentak mendengar kerasnya suara Jungkook. Sudah bukan lagi aku-kamu yang terucap.

Lo.

Itu artinya bahwa Jungkook sudah benar-benar menganggap Hyorin orang lain, bukan lagi seorang wanita yang pernah mengisi hatinya.

“Kok diem?! Gue tanya sekali lagi. Mau lo apa, Hyo?!!”

Diam.

Ia tak berani berucap sepatah katapun.

“Takut lo sekarang?! Tck!”

“G-gue minta maaf, Kook.. Hikss..”

“Salah apa lo sama gue?!”

“G-gue..”

“Ngomong yang bener, Hyo!!”

Diam.

Percayalah saat ini Hyorin sedang mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan Jungkook.

“Jawab, Hyo!! Salah apa lo sama gue?!!”

“Gue salah sama adik lo, Kook! Gue udah jahat sama dia. Hikkss..”

“Kenapa sih lo setega itu, Hyo? Salah apa adik gue? Salah karena ngerebut perhatian gue? Salah karena dia jadi prioritas gue? Tahu diri dong, Hyo!!”

Benar apa kata Jungkook.

Seharusnya Hyorin tahu diri. Seharusnya Hyorin tahu posisinya saat itu. Seharusnya Hyorin tidak meminta lebih, meminta Jungkook untuk mendahulukan dirinya yang notabenenya hanyalah seorang pacar, daripada adik kandungnya sendiri.

PrécieuxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang