33

854 76 46
                                    

Jaewook hanya terkekeh mendengar jawaban Jin. Keturunannya memang berparas menarik dan tidak jarang para kolega Jaewook menanyakan kesediaan anak-anaknya untuk menjadi pacar anak koleganya itu. Namun pilihan tetap ada di tangan keturunan Kim tersebut. Jaewook tidak ingin mencampuri bahkan membatasi hubungan percintaan mereka.

Sebuah notifikasi muncul di handphone Jaewook. Muncul nama Jungkook di sana dengan sebuah pesan yang berbunyi,

Appa, ada yang ingin aku bicarakan.”

❤❤❤

Jungkook dan beserta para kakaknya telah berkumpul di ruang tengah. Sang ibu pun telah duduk di sampingnya. Jungkook telah memberitahukan sekilas tentang maksud dan tujuannya mengumpulkan mereka di sini dan beruntungnya mereka semua sedang tidak dalam jadwal ke luar kota maupun kegiatan lembur. Kini, tinggal menunggu sang kepala keluarga untuk memulai pembicaraan tersebut.

Tak berselang lama, sang ayah datang dengan posisi menggendong si bungsu ala koala. Ya, Jin memang tertidur selama perjalanan pulang. Jaewook pun tidak tega untuk membangunkannya dan berakhirlah dengan Jin yang digendong ala koala ketika mereka berdua telah sampai di rumah.

Jungkook yang melihat Jaewook datang langsung berdiri, menghampiri ayahnya itu. Niatnya untuk berucap pun terhenti ketika Jaewook memberinya isyarat untuk tetap diam sejenak, sambil berucap tanpa suara,

Appa bawa Jin ke kamarnya dulu.”

Anggukan kepala dari Jungkook mengakhiri percakapan diantara keduanya.

Dengan hati-hati Jaewook membaringkan anak bungsunya itu. Tak lupa ia mengganti bajunya dengan baju tidur. Ia tak ingin Jin terbangun tengah malam hanya karena merasa tidak nyaman dengan bajunya. Selesai mengganti baju, Jaewook menyelimuti Jin sebatas dada dan mengecup keningnya.

“Mimpi yang indah, Jin.”

Acara menidurkan Jin selesai dan Jaewook telah berkumpul dengan anggota keluarga Kim yang lain.

“Jadi ada apa, Kook?”

“Apa Jin sudah benar-benar tidur, Appa?”

Jungkook hanya ingin memastikan adiknya tidak mengetahui pembicaraan ini. Meskipun nantinya Jin juga akan bertemu dengan Hyorin, tapi menurut Jungkook untuk saat ini akan lebih baik bila Jin tidak mengetahuinya dulu.

“Sudah. Dia sudah tidur semenjak di mobil tadi. Sepertinya dia kelelahan.”

“Persiapan lomba debat ini benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Aku khawatir kalau dia akan jatuh sakit, Yeobo. Kau tahu sendiri kan kalau imunnya tidak sekuat dulu.”

“Iya, aku paham. Makanya tadi aku bawa dia refreshing sebentar. Setidaknya itu bisa mengurangi lelahnya.”

Jiyoung mengangguk sambil tersenyum. Jaewook sungguh suami yang mengagumkan. Sosok family man yang diidamkan banyak orang, yang sekarang menjadi ayah dari anak-anaknya.

“Jadi, sebenarnya aku mengumpulkan semuanya di sini untuk membicarakan tentang Hyorin.”

“Hyorin? Mantan pacarmu itu? Tck!”

Taehyung mendengus kesal.

“Iya, Hyung.”

“Untuk apa? Kau mau balikkan lagi dengannya? Kalau sampai kau balikkan, Hyung yang akan antar jemput Jin. Kalau perlu Jin pindah kampus aja. Kau pacaran saja sepuasmu. Hyung nggak mau Jin disalahkan dan dimaki oleh wanita jahat itu!” Kali ini Jimin yang berbicara.

“Enak saja Jin yang pindah, dia dong yang harusnya keluar.” Balas Hoseok.

Semua kakaknya menjadi emosi. Sejak kejadian itu, nama “Hyorin” selalu membuat mereka kesal meskipun hanya mendengarnya. Bagaimana tidak? Adik kesayangan mereka dimaki dan didorong hingga jatuh, bahkan hingga membuat Jin kembali depresi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PrécieuxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang