7

1.5K 115 16
                                    

Selama 1 bulan lebih Jin dirawat dan kini ia diijinkan pulang. Yoongi, Hoseok dan Jimin meringkas semua barang perlengkapan mereka, Namjoon sedang mengurus administrasi perawatan dan orang tua mereka sedang berdiskusi dengan dokter mengenai keadaan Jin.

“Kami ingin berterima kasih karena telah merawat Jin hingga ia bisa sembuh.” Kata Jaewook.

“Sama-sama, Jaewook-ssi. Itu sudah menjadi kewajiban saya. Saya juga senang melihat pasien saya menjadi sehat kembali.”

“Apakah ada pesan untuk merawatnya? Mungkin ada perlakuan khusus? Kondisinya sekarang tidak seperti dulu lagi.” Tanya Ji Young.

Sang dokter tahu apa maksud Ji Young. Memang benar apa yang dikatakan Ji Young. Kondisi Jin sudah tidak sama lagi, ia sudah lumpuh, tidak akan bisa berjalan lagi.

“Tidak ada perlakuan yang benar-benar khusus. Saya hanya berpesan untuk selalu menjaga kesehatannya, karena pasien dengan cedera tulang belakang rentan terkena komplikasi. Tolong dipantau juga proses urinasinya. Ia harus mengalami urinasi setidaknya sehari sekali. Tolong periksa juga kondisi badannya secara rutin, karena seseorang yang duduk di kursi roda rentan terkena Ulkus Dekubitus atau pressure ulcer.”

“Pressure Ulcer?” tanya Jaewook.

“Iya, pressure ulcer. Luka akibat penekanan yang lama akibat duduk atau berbaring terus menerus. Kondisi ini sering terjadi pada seseorang yang gerak  tubuhnya terbatas, misalnya duduk di kursi roda atau berbaring terus menerus. Biasanya muncul di area punggung lengan, tulang belikat, tulang ekor, tulang belakang, dan pantat. Jika muncul kemerahan atau kebiruan yang disertai rasa gatal di sekitar area tersebut atau muncul luka, segera diperiksakan ke dokter.”

“Baik, Dok. Terima kasih atas sarannya. Kalau begitu kami permisi.” Kata Ji Young.

“Sama-sama.”

Ji Young dan Jaewook meninggalkan ruangan dokter dan berjalan menemui anak-anaknya yang sedang menunggu di lobby.

Sementara itu Yoongi, Hoseok dan Jimin yang masih berada di kamar rawat Jin terlihat sudah selesai mengemas barang-barang mereka.

“Sepertinya sudah selesai semuanya, Hyung.” Kata Jimin.

“Yakin sudah tidak ada yang tertinggal?” tanya Yoongi.

“Nee, Hyung. Sudah semuanya.” Kata Jimin.

“Jja! Kalau gitu kita keluar saja. Mereka juga pasti sudah mulai bosan menunggu kita.” Kata Hoseok.

Mereka bertiga keluar menghampiri ketiga saudara mereka yang sedang menunggu di lobby.

Jin sedari diam saja dengan kepala yang tertunduk. Kalau boleh jujur, ia masih belum siap menghadapi hari esok. Ia masih belum siap untuk tampil dengan keadaan barunya, dengan keadaan yang menyedihkan menurutnya. Bahkan jika boleh ia tidak ingin ke mana-mana, hanya ingin di kamarnya. Jungkook dan Taehyung sedih melihat adik kesayangan mereka berubah jadi pendiam. Mereka tidak tega melihat adiknya menahan sendiri bebannya. Mereka tahu memang bahwa tidak mudah untuk menerima kenyataan mengenai kelumpuhan permanennya. Mereka ingin adiknya bisa berbagi beban dan berkeluh kesah dengan mereka. Jungkook  akhirnya mencoba mengajaknya bicara.

“Hei.. kenapa diam saja?”

“Tidak apa-apa, Hyung.” Jawab Jin dengan senyum yang dipaksakan.

“Kau tidak bisa membohongi kami, Jin. Kami sudah tahu bagaimana luar dalammu, bagaimana sifatmu. Jadi ceritalah, Jin. Jangan dipendam sendiri.” Kata Taehyung.

“Aku tidak apa-apa, Hyung.”

“Jin..” kata Jungkook.

“Sungguh, Hyung. Aku tidak apa-apa.”

PrécieuxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang