GALENDRA |11

586 36 2
                                    

"A-aku Alea."

Galen mengangguk seolah percaya, meski masih ada kernyitan di keningnya. Berapa kepribadian yang ada di badan Calla? Itu yang kini memenuhi fikiran Galen.

Mata tajam itu menatap gadis mungil di depannya, Gadis mungil yang selalu nampak ceria di depan semua orang. Bibir mungil yang selalu tersenyum, mata sipit yang selalu tampak penuh dengan kebahagiaan.

Namun ternyata dia adalah pembohong . .

Dia pembohong . .

Tak ada yang tau ada berapa besar rasa sakit, berapa tumpuk perasaan gelisah dan takut, juga seberapa lebar luka itu menganga. Luka yang sepertinya belum ada kesempatan untuk mengering namun sudah disayat lagi sehingga kian melebar.

Mata Galen menurun, menatap tangan mungil yang di genggamnya. Saat lengan hoddie itu tersingkap, mata jeli itu tak sengaja menatap sesuatu yang nampak ganjal di sana.

Refleks dan rasa kekhawatiran yang mendadak tinggi, Galen menyingkap lengan hoddie itu. Namun sekali lagi, sebelum Ia benar-benar melihat hal tersembunyi di balik sana, si pemilik tangan ranting itu menarik lengannya dan kembali gemetar ketakutan.

"Om mau apa?!" Nada tinggi yang terdengar sangat takut dari mulut sang gadis.

"Gue cuma . ."

"Jangan mendekat! Om pasti mau pukul Alea ya, gamau Om! Sakit, Alea ikut sakit hiks . . ga hiks . . gamau!" Lagi teriakan kencang, beruntung kawasan jalanan ini tergolong sepi hingga Galen tidak terancam sebagai tersangka pemerkosaan atau mungkin penculikan disini.

Galen panik, bukan apa. Ia hanya panik kepada gadis ini yang terus menangis kencang sambil menarik rambutnya.

"Hei." Suara Galen tidak di dengar, Alea tetap dalam posisi yang sama.

"Udah cukup, jangan sakitin Calla." Lagi tidak di respon. Hingga . .

"Cukup Alea!" Bentakan keras dari Galen mampu mengentikan tindakan Alea namun sayang menambah raut takut dari sana.

Galen mengusap wajahnya kasar kala kini gadis di depannya ini meringsut ketakutan karena suara kerasnya. Ketahuilah, Galen bukan orang yang sabar. Galen tetaplah Galen pemuda yang identik dengan sikap kasarnya.

"Maaf." Suara Galen melirih, Ia menatap Alea yang meringkuk mundur bahkan kini sudah memojok di kursi kemudi.

"Gue cuma gak mau Lo sakitin Calla, Alea." Melihat kursi penumpang yang tadinya diduduki Calla kosong, Galen pun duduk disana dan menutup pintu.

"Maaf udah bentak." Galen berusaha berucap selembut mungkin, menatap Alea yang kini mulai tenang dengan suasana yang Galen ciptakan.

"Si-siapa Calla?" Galen menoleh cepat, menatap gadis di sampingnya dengan kernyitan dalam.

"Gatau siapa Calla?" Tanya Galen memastikan.

Lagi Alea menggeleng polos, tanpa air mata namun mata itu tetap sendu tanda sedih.

"I-ini Alea. Bukan Calla, Om siapa?" Alea memiringkan kepalanya menggemaskan.

"Gue . ."

"Om nda akan pukulin Alea kan? Om nda akan marah sama Alea kan?" Galen menatap manik sendu yang kini kembali berkaca.

Kenapa gadis ini sangat ketakutan. Sedari tadi Ia hanya berbicara tentang pukul dan marah. Sebenarnya ada apa? Kenapa begitu banyak yang Galen tidak tahu dari seorang Callandra? Ada berapa tumpuk rahasia lagi yang di simpan rapi oleh gadis bertubuh mungil ini?

GALENDRA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang