"L-lo kenapa?" Sasya mulai bertanya saat Ia menyadari bahwa adik kelasnya ini nampak... berbeda.
Namun...
Bukannya menjawab Calla, malah berteriak keras dan mencekik leher Sasya erat. Sumpah demi apapun yang ada di alam semesta, Sasya merasakan ngeri luar biasa. Rasanya seperti bermain film horor namun ini nyata.
"Uhuk.. lephhas-" Sasya kesusahan berbicara karena merasakan tenggorokannya tercekat. Calla mencengkeram leher jenjang itu hingga kuku Calla terbenam sedikit menggores leher mulus Sasya.
"Arghh.."
Calla melempar tubuh Sasya hingga terjatuh. Saat Calla hendak menjenggit surai Sasya suara dobrakan pintu mengintruksi.
Brak!
"Apa-apaan ini?" Suara Galen menggelegar di ruangan.
Semua terkejut melihat Dacha yang pinsan dengan darah mengucur dari kepala dan Calla yang sudah banyak darah di wajah dan telapak tangannya nampak sobek.
"Sialan Lo, Sasya!" Bartam berjalan cepat hendak menerjang Sasya. Untung saja cepat ditahan oleh Gardah dan Zergan.
"Lepasin gue anjing! Perempuan jalang!" Bartam memberontak marah. Emosi bartam kian membuncah saat melihat Dacha lemah yang berada di pangkuan Dafna.
"Arggh.." Bartam meninju dinding keras untuk melampiaskan amarahnya. Lalu memberontak dan berjalan kearah Dacha berusaha membangunkan gadis mungil itu.
Sementara Galen dan Danzel menatap Calla yang tampak berbeda.
"Call-" Galen yang hendak maju ditahan oleh Danzel.
"Dia bukan Calla, Bang." Ucap Danzel membuat Galen dan semua yang ada disana menyernyit bingung.
Danzel berjalan pelan menghampiri Calla, "Hei." Ujar Danzel membuat Calla menoleh padanya.
"Kau?" Tanya Calla.
"Iya ini Gue." Danzel meraih tangan Calla yang mencengkeram marah, melepas cengkraman itu agar kukunya tidak tambah melukai telapak gadis itu.
"Tenang gak ada yang harus Lo lampiasin." Ujar Danzel membuat semua bingung setengah mati.
"Gue tau Lo bukan Calla, Lo siapa?" Danzel berusaha bertanya lembut.
"I am Abigail." Semua yang disana terkejut dengan apa yang dikatakan Calla barusan.
"Abigail? Dimana Calla?" Danzel kembali bertanya lembut.
"Gadis lemah itu sedang tertidur disana. Tubuhnya kesakitan. Dan Aku tidak mau membiarkan gadis lemah itu berkuasa di tubuh ini." Ujar Abigail.
"Tapi ini tubuh Calla. Dan dengan Lo gini bisa ngebuat tubuh Calla tambah kesakitan." Sahut Danzel.
"Memang tapi dia terlalu lemah untuk dibiarkan berdiam di-"
Belum selesai Abigail berbicara, Sasya dan kedua temannya mendorong tubuh itu. Hingga Calla terjatuh di kaki Dacha yang masih pinsan, kepala belakang gadis itu menghantam lantai keras menyebabkan Calla pinsan.
"What the fuck are you doing, Bitch!" Galen berlari menghampiri Calla yang juga pinsan.
Srak!
Bartam menyobek seragamnya, diikatkan sobekan itu ke dahi Dacha agar darahnya berhenti.
Pun Galen, seragamnya sudah disobek untuk diikatkan ke dahi dan telapak tangan Calla. sisa kemeja sekolahnya Ia gunakan untuk menahan darah yang keluar dari kepala belakang Calla.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENDRA [COMPLETED]
Ficción General[Follow terlebih dahulu untuk membaca] Tampang rupawan nan sempurna bak sesosok dewa mempuat setiap wanita yang melihatnya terpikat, dia Galen Ralph Bharaspati. Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, Dia selalu berhasil menutupi apa saja tentang d...