"Argh!" Sudah. Jemarinya sudah tak kuat. Dari ketinggian sepuluh meter Ia terjatuh.
Brak!
"Galen!"
***
Tubuh besar itu terjatuh menimpa bagian atas mobil sang tuan rumah yang membuat mobil sedikit ringsek.
"Gal! Woi jangan mati masih banyak dosa! Heh bangun setan!" Ucap Gardha menggebu setelah menarik kasar sepupunya dari atas kap.
Dengan kencang Azergan memukul punggung Gardha.
"Mulut Lo!"
Azergan berusaha mengecek denyut Galen pada leher dan pergelangan tangannya. Jika ditanya, Ia sama paniknya dengan Gardha namun Ia tak segila Gardha.
"Gue masih hidup. Bentar merem, capek!" Bartam yang tadi menempelkan telinganya pada dada Galen terjengit.
"Alhamdulillah!" Azergan berucap lega.
"Puji Tuhan!" Bartam pun sama. Dan pasukan lain yang tadinya tegang kini mendesah lega. Merobohkan tubuhnya, berbaring di atas rerumputan seperti sang panglima.
"Brengsek Lo bikin panik, bajingan! Bayangin Gue bawa pulang mayat Lo." Gardha berucap sebal membanting kepalanya di perut keras Galen.
"Berapa yang mati, Bar?" Tanya Galen yang masih mencoba mengatur nafasnya.
"Dari musuh hampir semua, yang selamat cuma tujuh. Dari kita luka ringan dan parah. Pasukan pengirim tinggal nama karena mereka ditemukan di ruangan kecil pengap dan tanpa makanan. Dan kayaknya pasukan kita yang paling parah Lo, Gal." Ujar Bartam dibalas kekehan dari Galen setelah mendengar kalimat terakhir dari rekannya.
"Brutal banget punya pasukan." Galen mendudukan dirinya, dengan sigap semua anggota sontak ikut duduk. Ia mengotak atik smartwatch-nya, "Raga?"
"Masuk!"
"Laporan?"
"Pasukan musuh disini gak terlalu banyak, Bang seperti prediksi. Pasukan kita luka ringan dan berat gak ada yang mati. Polisi udah ringkus pasukan musuh. Petinggi langsung diringkus juga masuk sel isolasi. Ternyata bener ini keluarga Evans. Tapi Evans dan Eleardo gak ditemukan. Orang tua mereka juga ternyata buronan kasus pembunuhan berantai yang terjadi tahun 1991." Raga melapor rinci.
"Bentar lagi tim medis dari rumah sakit jalan kesitu, Ga. Pastiin kita pulang semua aman." Azergan ikut berbicara setelah menginstruksi tim medis dari rumah sakitnya.
Selesai Azergan berbicara, bunyi keras dari baling-baling mengalihkan atensi mereka. Tiga Airbus H225 Super Puma dan satu Airbus AS332 L1e VIP Super Puma datang mendarat di halaman luas.
Galen berdiri di depan pasukan yang sudah berjajar rapi tanpa perlu instruksi, "Torna in Italia per curare tutte le tue ferite, including you troops from Indonesia. Tomorrow you go back to where you came from, live a normal life like normal people! All clear?" (Kembalilah ke Italia untuk menyembuhkan semua luka kalian, termasuk kalian pasukan dari Indonesia. Besok kalian kembali ke tempat asal kalian, jalani hidup normal seperti orang pada umumnya! Semua jelas?) Teriaknya dengan suara tegas nan lantang mengabaikan seluruh luka yang Ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENDRA [COMPLETED]
Narrativa generale[Follow terlebih dahulu untuk membaca] Tampang rupawan nan sempurna bak sesosok dewa mempuat setiap wanita yang melihatnya terpikat, dia Galen Ralph Bharaspati. Tak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, Dia selalu berhasil menutupi apa saja tentang d...