GALENDRA |24

351 20 8
                                    

Sret! Bugh! Plak!

Beginilah harinya. Hari yang indah dihiasi cacian dan hantaman pada daksanya. Dera itu berkali-kali Ia terima, buana sungguh indah dalam memberi kejutan.

"Udah bisu Lo sekarang?" Sang pemilik suara bertanya dengan jemari yang menjenggit kasar rambut sang korban. Nafasnya tersenggal akibat lelah saat tangan itu memberi dera berkali-kali.

Merasa kesal sebab segala ujaran dari belah daging tak bertulang miliknya dibiarkan mengambang di awang, tubuh itu di hempaskan dan dinjak pada bagian perutnya. Namun bukannya merintih kesakitan, mulut si korban justru tertawa dengan gembiranya.

"You are weird!" Cacinya kembali.

"Yes, I am." Jawab gadis di bawah kakinya membuat kian geram. Apalagi dengan senyum yang terpatri di wajahnya. Ia ingin gadis ini kesakitan, Ia ingin gadis ini merintih memohon ampunan namun ternyata itu tak sama sekali Ia dapatkan.

"Why don't You die quickly?" Tanyanya setelah menendang tubuh penuh luka dengan baju yang lusuh itu. Tendangan yang cukup keras sampai bisa membuat tubuh korban bergeser beberapa centi.

"Uhuk! Why don't You help Me to die so that what You want is achieved?" Tak ada niatan berdiri atau bahkan untuk bergerak. Daksa gadis itu hanya tergeletak di lantai berdebu pada bangunan kosong di samping sekolah abai pada kemeja sekolahnya yang sudah tak layak pakai. Netranya terpejam setelah melihat birunya bumantara melalui atap yang berlubang. Hembusan nafasnya teratur menikmati rasa sakit yang diterima daksanya. Ah! Sungguh melegakan. Rasa sakit pada jiwanya teralih.

Tidak ada jawaban. Sunyi. Dua gadis dengan keaadaan yang berbeda itu ditikam sunyinya suasana.

"Sebenernya Kamu kenapa giniin Aku terus? Aku punya salah sama Kamu? Bahkan nama Kamu aja Aku gak tahu. Kalau emang bener ada salah Aku minta maaf." Callandra. Gadis yang di hajar habis-habisan hingga banyak luka hinggap di tubuhnya itu mulai berujar dengan posisi yang sama seperti awal.

"Tch! Gak cukup! Lo udah buat keluarga Gue menderita. Lo bikin kakak gue gila sampe masuk rumah sakit jiwa. Gara-gara Lo bokap Gue bangkrut, nyokap Gue bunuh diri karena gak kuat di teror rentenir. LO ITU PEMBAWA SIAL! DASAR ANAK HARAM!" Gadis yang sampai sekarang tak Ia ketahui namanya itu mulai menangis seraya berteriak. Tak lupa menginjakan kaki berlapis sepatu miliknya di atas jemari Callandra yang tergeletak mengenaskan.

"Sshh . ." Hanya ringis yang mampu Callandra berikan, tidak memberontak membiarkan gadis itu meraung melepas emosinya. Abai dengan rasa sakit yang Ia terima. Ia khawatir jika tidak di biarkan keluar, psikis gadis itu terancam.

Funny. Bahkan Dia tidak memikirkan psikisnya sendiri yang sudah hancur.

Bugh!

Dengan bonus tendangan keras pada perut yang sukses membuat Callandra terbatuk darah.

"Aku b-bahkan gak kenal siapa Kakak Kamu, gak tahu keadaan keluarga Kamu. Kenapa kamu limpahin uhuk semuanya ke Aku?" Tanya Callandra yang sesekali terbatuk tersedak darahnya.

Gadis itu berjongkok meremat dagu Callandra kasar, " Sasya. Sasya Laura, Dia kakak Gue dan karena ulah Kakek temen Lo itu dia gak bisa sekolah dimanapun dan berakhir di rumah sakit jiwa. Dan gak lupa karena lelaki Lo dengan segala kekuasannya, keluarga Gue bangkrut sialan! Itu semua gara-gara siapa? Gara-gara Lo anjing!" Di lempar kepala itu tanpa perasaan. Lalu gadis yang mengaku adik dari Sasya itu berdiri, berjalan berputar mengelilingi tubuh Callandra.

Ia ingat Sasya, tapi Ia tak tahu akan nasib Sasya yang seperti itu. Sungguh Ia tak tahu perlakuan Tuan Dhirgantara dan Galen yang seperti itu. Dan bukan Dia yang memicu semua hal itu terjadi, Ia tak minta.

GALENDRA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang