GALENDRA |13

499 28 13
                                    

Galen berlari setelah ia mendengar ucapan Bartam dimana keberadaan Celyn. Sial! Nafasnya kian memburu saat manusia dengan lengan yang patah itu berucap Celyn dikurung di ruang bawah tanah. Tanpa lagi punya perasan Galen menendang orang itu hingga darah mengalir deras dari dalam mulutnya, bagaimana jika dia mati? Itulah yang Galen inginkan.

Waktu serasa melambat kala kaki panjang itu menyusuri setiap kubikel lantai guna mencapai ruang yang dimaksud. Orang-orang sialan yang sedari tadi banyak menghadang dihabiskan oleh teman Galen atau bahkan di bubuhkan misil panas dalam tubuhnya oleh pasukan Bartam. Seolah Galen adalah seorang raja yang harus di lindungi, manusia yang sudah seperti budak yang rela mati hanya demi uang itu tidak barang sedikitpun dapat menyentuh Galen bahkan sehelai rambutnya. Kawanan Galen bak pasukan sang Dewa Ares, mereka membabat habis setiap penghalang yang menjulang di depan Galen.

"Lari secepat mungkin Galen dan Bartam, kalian cari Celyn. Binatang-binatang ini biar kita yang urus." Zergan berbicara sembari menendang orang yang sudah memancing emosi sekawanan singa ini.

Galen mengikuti instruksi dari teman-temannya, mengikuti Bartam yang berlari sembari menendang setiap pintu yang mereka lalui takut-takut manusia yang telah tidur di depan tadi berbohong perihal keberadaan Celyn.

"Ruangan disini semua kosong, berarti bener Celyn ada di ruang bawah tanah."

Hingga sampai dimana keberadaan Celyn, Galen menggeram karena tempat ini gelap, sangat gelap hingga netra manusia sulit untuk menembus gelapnya jika tanpa bantuan lampu.

Dengan gerakan serempangan, dua pemuda itu mengambil ponsel dari sakunya dan menyalakan senter dalam waktu yang bersamaan.

Sepi.

Senyap.

Seperti tidak berpenghuni, ini menimbulkan kecurigaan kembali bagi Bartam namun tidak untuk Galen yang sudah dengan paniknya berteriak memanggil nama Celyn.

"Celyn! Kamu dimana?!" Teriak Galen kesekian kalinya.

"Gal-"

Hiks . . hiks . .

Bartam urung berbicara kala indra pendengarannya menangkap suara sesegukan tangis di dalam gelap.

"Cel!" Galen berlari kala mata tajam itu menangkap entitas seorang gadis kecil yang tidur meringkuk diatas lantai dingin dan berdebu dengan tubuh mungil yang terikat tali tambang dan mulut yang disumpal. Keji. Sungguh keji perlakuan manusia sialan itu dengan putri kecil milik Galen.

"Celyn . ." Galen melempar ponselnya begitu saja, jemari panjang itu bergerak cepat melepas seluruh ikatan dari tubuh mungil yang lemah itu. Di dekapnya tubuh mungil itu sayang, dengan suara lembut yang penuh haru Galen menenangkan gadis kecil di dekapnnya.

"Galen di belakang Lo-"

Dor!

Telat! Misil panas itu berhasil bersarang di lengan kiri Galen. Geraman rendah menahan sakit terdengar, membuat sang gadis kecil itu menangis semakin kencang.

"Sstt . . Abang gak papa jangan nangis." Sempatnya Galen tersenyum hangat pada Celyn.

"Bartam bawa Celyn keluar!" Menahan sakit Galen berdiri membalik tubuh tingginya menatap orang yang sudah menyimpan manis misil di dalam lengannya.

"Tapi Gal-"

"Cepet, Bar!" Tak memberi kesempatan Bartam melanjutkan ucapannya Galen mutlak. Bartam menggendong Celyn membawanya segera pergi, meski dari bibir mungil itu terdengar raungan memanggil nama Galen meski ucapannya belum terlalu jelas.

"Gak masalah salah ambil tawanan, Bharaspati juga salah satu orang yang membuat saya bangkrut." Orang itu tertawa seram lalu menodongkan pistol ke arah dada keras Galen.

GALENDRA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang