GALENDRA |21

433 22 0
                                    

Terbangun dengan kondisi tubuh tidak baik-baik saja bukanlah hal aneh bagi gadis dengan nama Callandra Asya Raksena. Yang kini Ia kejutkan justru terbangunnya Ia di atas ranjang dengan sprei selembut sutra dan ranjang semewah raja. Sedang dimana Ia kali ini?

"Dari tadi bangun?" Hingga suara berat membuatnya terjengit.

Sesosok pemuda dengan tubuh tinggi tegap, bahu lebar, dan wajah pahatan dewa. Galen namanya. Yang kini hanya memakai celana bahan sekolahnya, dada bidang itu tak terbalut apapun. Mata cantik Callandra berpendar, mencari mesin yang menunjukan waktu yang kini sering di sebut jam. Pukul 05.48 dini hari, pantas saja pemuda ini belum bersiap hanya memakai celana dan rambutnya yang acak.

"Kenapa Aku disini?" Tanyanya tak menghiraukan pertanyaan Galen. Kali ini Ia rasakan beda dari tubuhnya. Kepalanya sakit, lehernya perih seolah koyak dan disentuhnya sudah terbalut perban, ditambah suhu tinggi dari tubuhnya yang cukup terasa. Biasanya tak sesakit ini tubuhnya.

"Lo di tabrak orang." Tentu kalian tahu, itu hanyalah dalih belaka. Tanpa bertanya Callandra mengangguk seolah percaya, meski dia mengernyit akibat luka di deritanya.

Tabrakan dengan apa sampai ada luka koyak di leher?

Callandra tersenyum haru, tubuhnya selalu berlebih saat mendapat sentuhan dari Galen. Seperti kali ini, Galen menangkupkan telapak lebarnya pada wajah mungil Callandra. Dan sang gadis merasa ada jutaan kembang api meletup di perut hingga dadanya.

"Ada yang sakit?" Callandra menggeleng seraya memejamkan mata. Nyaman. Sangat nyaman rasanya. Mengerti Callandra sangat suka skinship darinya, Galen membawa tubuh mungil itu padanya. Menempelkan pipi hangat itu secara langsung pada kulit dadanya. Berupaya mengalihkan suhu tubuh Callandra padanya.

Tak menolak, justru bahagia. Abai pada ribuan kupu-kupu yang menyerang perut hingga kerongkongannya Callandra beringsuk lebih pada dada Galen.

"I like to touch skin with You." Ujarnya tak tahu malu yang justru mendapat tawa dari Galen.

"Gue tahu." Dengan gampangnya, Galen mengangkat tubuh mungil itu membuat pekikan keluar dari belah bibir sang gadis.

"This is Your final school exam, have You prepared for it?" Callandra bertanya saat Galen mendudukan tubuhnya pada meja wastafel dengan cermin besar di belakang tubuhnya.

"Of course it is." Galen menjawab seraya memberikan sikat gigi lengkap dengan pastanya pada sang gadis.

Callandra mengangguk, sedikit melompat guna turun dari atas bar wastafel lalu menyikat giginya menghadap cermin. Dari sini Ia dapat melihat, kini pemuda di belakangnya ini tengah menatap tubuhnya.

"Don't look at Me like that, You make thousands of butterflies fly in My stomach." Galen tergelak mendengar penuturan sang gadis yang kelewat jujur. Menggigit pipi putih sang gadis main-main karena kegemasannya.

"Geli, Kak." Callandra berujar setelah selesai dengan ritual sikat gigi dan cuci mukanya. Galen berhenti setelah mendengar ujar gadis mungil itu. Keduanya saling menikmati sentuhan dari pihak lawan, Galen memeluk pinggang Callandra lembut sementara Callandra mengelus lengan kekar sang pria pujaan. Terkadang keduanya saling mencuri ciuman terlihat seperti pasangan romantis dan lupa jika mereka terhalang tembok yang terlewat susah untuk dilangkahi.

"Di potong aja ya rambutnya, biar Dira-"

"Mama!" Sergah Callandra saat indra pendengarannya mendengar panggilan Galen yang di lontarkan untuk sang mama tiri.

"Biar Dia mudah buat obatin luka di leher Lo." Callandra mendengus, sampai sebesar ini dendam itu masih tersemat rapi di hati Galen.

"Iya nanti sehabis pulang dari sini Aku potong." Ujar Callandra melihat-lihat rambut panjangnya melalui cermin.

GALENDRA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang