SK '18 |maaf sayang|

105 13 5
                                    


Cafe terlihat ramai seperti biasanya, salah satu pelanggan menghampiri pelayan. Dia menepuk pundak pelayan tersebut, sebelum menarik tangannya menuju meja dipojok cafe.

"Ay! Kamu nih ya, aku masih kerja tau."

"Sorry my friend, Yola" ucap seseorang yang dipanggil Ay tadi. Dia menangkupkan tangannya, pertanda ia bersalah. "Aku membutuhkan sahabat untuk curhat."

"Bukannya gak mau, hanya saja ini jam kerja aku."

"Kalau masalah itu, kamu tenang aja. Sekarang duduk disini dan cukup dengarkan aja!" Yola menuruti perkataan sahabatnya itu. "Turns out oh it turns out. Aku disuruh pulang lebih cepat ke indonesia, because getting married!"

Yola terkejut mendengar perkataan sahabatnya itu. "How come?"

"Salah satu sahabat daddy sedang terkena musibah. Perusahaannya akan bangkrut, daddy akan bantu kalau anaknya akan menikah denganku." sahabatnya terlihat sedih, dia mengaduk-aduk minumannya.

"Kalau begitu tolak saja." Ay memandang sahabatnya kesal, mendengar nada santai darinya.

"Tolak? Tentu saja, kalau aku bisa..." ujarnya pelan diakhir.

"Kenapa?" tanya Yola menatap sahabatnya bingung.

"Kenapa? Daddy akan memberhentikan semua akses fasilitas aku. Kamu tau bukan aku gak bisa tanpa fasilitas tersebut." keluhnya. Yola mengangguk saja, sahabatnya ini memang tidak bisa berpisah dengan fasilitas apapun, apalagi kalau itu berkaitan dengan mobil kesayangannya.

Ay yang tadi terlihat kesal dan lelah, tampak bersemangat. "Kamu tau gak?..."

"Enggak."

"Ish, Yola jangan dipotong!" Ay memandang sahabatnya itu tajam, Yola tertawa pelan. "Silahkan lanjutkan tuan putri."

"Ish lah... Pacar dari orang yang akan di jodohkan itu, menurut aku dia berbeda banget sama yang lain."

"Berbeda gimana?" Yola merasa tertarik mendengar lebih banyak lagi.

"Iya, berbeda! Kamu tau, mereka sudah hampir tiga tahun menjalin hubungan. Tapi, tiba-tiba aku datang kerumah dia dan Ayah calon mertua aku. Dia melayani kami dengan ramah dan sopan, bahkan membawakan kami makanan ringan. Ya, walaupun gak mahal." Yola hanya memutar bola matanya malas, mendengar ucapan terakhir sahabatnya itu. Sudah terbiasa dengan kalimat tersebut.

"Continue?"

"Calon mertua aku memberikan dua hari untuk memikirkan keputusannya. Nah, dua hari kemudian dia bilang keputusannya. Aku terkejut banget, bisa begitu dia ambil keputusan yang bijak disaat mungkin dia akan kehilangan pacar yang sudah menemaninya hampir tiga tahun belakangan."

Yola bingung awalnya, tetapi setelahnya dia tersenyum manis. "Tidak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya perempuan itu. Mungkin dia sakit tapi dia juga harus melepaskan."

Sekarang Ay yang bingung dengan perkataan sahabatnya itu, tidak mengerti. Dia menggeleng, masa bodohlah tidak usah dipikir!

Mengesampingkan semua itu, mereka melanjutkan pembicaraan kearah lain.

~~

Ryan duduk disalah satu bangku taman, dia menggenggam telapak tangannya, menunggu seseorang dengan perasaan cemas.

"Hayo?" suara perempuan dan tepukan di bahunya membuat dia melihat kearah perempuan tersebut. "Kenapa menunduk saja sejak tadi? Apa ada yang menarik disana? Apakah rumput-rumput tersebut lebih menarik daripada bunga dipinggir danau itu?"

Pertanyaan beruntun dari gadis yang dia cintai membuat hatinya sakit.

"Helo, ada apa?"

Perempuan yang sama sekali tidak mendapatkan jawaban, duduk disamping Ryan. Dia berucap, "aku tau kamu gak akan manggil aku ketempat seperti ini, kalau bukan masalah serius atau dilema."

semangat kapten ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang