Siva selalu di hantui oleh seseorang yang menanyakan kapan up?
Maaf ya baru bisa up, sebenarnya udah lama sih bikin lanjutan cerita nya tinggal publish aja. Tapi gak sempat hehehe
Kuy lah dibaca, jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading
Suara pintu diketuk, mengusik mimpi indah ku. Dengan malas dan perasaan dongkol aku berjalan membuka pintu, kadang menumbuk sesuatu. bagaimana tidak mata ini masih sangat sulit untuk dibuka.
"Siapa sih? Gak tau apa ganggu orang tidur? Masih malam lagi?" kesal ku sambil membuka pintu."Ya ampun, belum siap-siap juga." suara pria? Tapi seperti nya kenal, oh iya Ryan pacarku. Hampir aja lupa.
"Emang mau kemana sih?" tanyaku sambil mengusap mata dan sedikit menguap. Sumpah aku masih ngantuk, ditambah gak ada jadwal kulian. Ah, waktu begini paling enak untuk tidur seharian.
Tiba-tiba tanganku dipegang oleh Ryan. "Jangan digosok, nanti sakit." dia meniup pelan mata ku. "Udah bisa lihat pangeran mu ini, bu kapten."
"Pagi-pagi udah gombal," ucapku sambil mengalihkan pandangan.
"Coba buka mata, bu kapten. Ini bukan lagi pagi tapi udah siang, lihat jam sana jangan liatin aku aja."
"Mana ada, ya. Narsis aja terus." aku melihat ke jam dinding. Oh jam 11.00, what?! Aku udah lama banget tidur ya.
"Mana masih pagi tu, jam 11.00." Ryan hanya mengangguk saja, agar aku senang kali ya.
"Iya deh, terserah bu kapten aja. Sana mandi, bau tuh tapi aku suka." Bisa gak sih, gak usah gitu ngomongnya. Kan aku jadi baper.
"Tau ah, aku mau mandi. Kamu kalau mau diam disitu, diam aja gak usah masuk." ujarku, berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan dia yang berdiri di pintu.
"Jahat banget, ucapannya bu kapten!"
Aku hiraukan aja teriakannya. Lebih milih untuk mandi. Sekitar 10 menit aku udah selesai mandi, aku memang gak suka mandi terlalu lama.
Setelah siap aku keluar dari kamar. Hmm, harum apa nih? Perasaan aku belum masak deh.
Aku berjalan kearah dapur yang langsung berada untuk tempat makan. Maklum, aku kan anak kos jadi tahu lah kalian gimana keadaan ku.
"Gak pernah tau nih, seorang kapten seperti kamu bisa masak." ejek ku sambil duduk, memperhatikan dia yang lagi masak.
"Kamu aja ya gak tau, nanti kamu cicipin. Aku pastikan kamu ketagihan." dia membulak balikan masakannya.
"Iya apa?" tanya ku tak percaya. "Ngomong-ngomong bahan-bahannya dapat dari mana?" kenapa aku bilang seperti itu, sebab aku belum belanja maklum uangnya untuk bayar kuliah dan keperluan lain, jadi harus hemat-hemat deh.
Dia menyusun masakannya di atas tikar, karena di kosan aku gak ada meja makan jadi duduk dibawah.
"Tadi gak sengaja lewat pasar kamis, jadi ya belanja dulu," jawabnya. "Coba deh, enak gak?" tanyanya penasaran.
Aku cicipin makanan yang dia masak. Wah, ini enak banget. Gak nyangka dia pintar masak, makanan mana pun gak ada tandingannya.
Aku memang baru pertama kali ini lah makan masakannya, kami juga lebih dekat baru banget satu tahun ini karna dua tahun yang lalu dia ada perang jadi lebih fokus ke sana.
Ku tatap Ryan yang menunggu reaksi ku, aku tersenyum miring. Tiba-tiba ada ide jahil di kepala ku.
"Gak terlalu enak sih, tapi karena kamu yang masak penuh cinta aku kasih lumayan." kataku menganggukkan kepala beberapa kali.
"Padahal enak, dasar aja kamu gak mau ngakui nya kan." desaknya.
"Kalau makan tu diam." Dia yang mendengar langsung diam, melanjutkan kembali makanannya.
Aku perhatikan dia, selalu saja kalau lagi makan atau duduk tetap tegap banget. Tidak sama seperti aku yang seperti cacing kepanasan, kalau duduk gak bisa diam. Tapi kalau duduk seperti dia, aku pastikan badan ini sakit-sakit.
"Kita mau kemana sih?" tanya ku. Saat ini kami sedang duduk di ruang tv sekaligus ruang tamu.
Dia fokus nonton televisi, tersenyum jahila kearahku. "Rahasia dong."
"Seperti rahasia besar banget. Kenapa gak kini aja sih?"
Dia melirik kearah ku sebentar sebelum kembali fokus ke televisi. "Nanti sore. Kalau kini pergi terlalu panas, nanti kamu hitam. Aku gak mau ya punya pacar hitam."
"Oh jadi kalau kulit aku hitam kamu putusin aku gitu." marah ku.
Tau gak perempuan tu, lebih sensitif saat fisiknya dibilang.
"Eh, bukan gitu-" ucapnya geragatan. "Bukan apa?" aku melihat ke arahnya garang.
"Sayang, bukan gitu. Beneran deh, mau kamu gimana pun aku tetap cinta kok."
"Halah, bual aja gitu." aku alihkan pandangan dari Ryan pertanda marah. Padahal sih, jantung ini sudah dag-did-dug.
"Oh ya, ditempat kamu dinas pasti banyak perempuan-perempuan cantik, lebih bohay, lebih montok, lebih langsing dari aku kan."
Sebenarnya saat ngomong seperti ini hati ku sakit, kalau memang terjadi dia pergi bersama yang lain.
Aku takut. Aku takut dia juga akan meninggalkan ku.
Kalian bisa bilang aku egois, tapi itu lah yang aku rasakan sekarang.
"Benar yang kamu bilang."
Ucapannya membuat dunia ku terasa berhenti.
"Tapi aku sama sekali gak tertarik sama mereka. Karena aku lebih suka sama dia yang sudah menungguku dan menemaniku selama tiga tahun ini." jeda Ryan. "Dan untuk apa aku menyia-nyiakannya?"
Dia mendekat kearah ku, membuat jantung ini tidak tenang.
"I love you, dear." bisiknya sangat pelan, tapi aku bisa mendengarnya.
Hati ku sangat senang, seperti ada kupu-kupu yang bertebaran. Jantung ku juga berdetak kencang saat dia membawa kedalam dekapan hangatnya.
Selama kami pacaran baru pertama kali ini dia mengucapkan ini, walaupun pelan dan terasa kaku tapi aku bisa merasakan ketulusan nya.
"Izinkan aku melindungi bagaimana semestinya selama ini. Walaupun aku tidak tau bahaya atau cobaan seperti apa yang akan kita hadapi."

KAMU SEDANG MEMBACA
semangat kapten ✔
Romansa[Follow dulu sebelum baca] Banyak orang iri dengan diriku, hanya karena pacarku seorang tentara. Padahal aku banyak kekurangan, baik bidang fisik maupun keluarga. Dia berjuang demi negara. Aku berjuang untuk tetap berdiri di sampingnya. Akan tetapi...