SK '1 |godaan pak kapten|

579 52 13
                                    

Stephani Yolanda.

"Pani." panggil seseorang dari belakangku. "Aku pulang dulu, ya? Eh, kapten kamu udah nunggu tu." goda salah satu sahabatku, sedangkan aku tersenyum simpul.

"Udah, sana pulang," usirku.

"Malu nih."

Saat aku ingin berbicara, dia sudah berlari pergi sambil melambaikan tangan seperti anak kecil. Dasar. Dia adalah Alena Permata Sari, salah satu sahabatku. Jangan melihat tingkahnya yang seperti anak kecil, dia sebenarnya sudah memiliki suami.

Ada pepatah seperti ini, 'kalau tidak kenal, maka tidak sayang.' Mari kita berkenalan agar semakin dekat. Namaku Stephani Yolanda, biasa dipanggil Pani, alasannya agar muda diucap. Aku hanya gadis biasa yang sekarang berstatus sebagai mahasiswi semester tujuh Sastra Korea di salah satu universitas yang ada di kota ku.

"Hayo? Ngelamun kan apa? Jangan bilang mikirin pria di seberang sana." Suara yang sudah tidak asing lagi di pendengaranku, membuatku sedikit terkejut.

"Apaan sih. Gak ada tuh dan gak boleh suudzon ya." cecer ku.

"Iya, iya. Ayo masuk, Bu kapten." godanya manis sambil membuka pintu mobil seperti biasanya. "Gak usah goda-goda ya." ucapku dengan wajah tak senang, padahal didalam perut seperti ada kupu-kupu yang terbang.

"Padahal suka, kan. Ngaku aja." masih saja menggoda ku, tapi memang suka sih.

"Loh, kamu gak ke markas militer?" heranku tumben banget jemput.

"Gak dong, kan sengaja mau jemput bidadari hatiku."

Selalu gini, kalau ketemu gak absen menggodaku terus, padahal awal ketemu dingin banget. Sedingin kutub utara, bercanda, bercanda.

"Goda aja terus." Dia terkekeh pelan sambil melajukan mobil.

Pasti kalian penasaran ya, siapa dia? Pria disamping aku ini adalah Ryan putra Arifin, lebih akrab dengan panggilan Ryan -pacarku. Dia seorang kapten tni AL, kami sudah berpacaran selama 3 tahun.

Setiap ketemu dia pasti selalu menggodaku. Dan hal tersebut merupakan suatu kebahagian tersendiri bagiku. Dari kecil gak mendapatkan kasih sayang dari orangtua, bahkan aku tidak pernah melihat wajah mereka baik hanya berupa foto.

Ingin sekali rasanya tau bagaimana mereka, setidaknya cukup nama mereka.

Tapi yang bisa aku lakukan hanya mendoakan mereka. Kalau memang masih hidup tolong jaga mereka baik-baik, tuhan.
Kalau mereka sudah meninggal, tolong kasih mereka tempat disampingmu, tuhan.

"Hei, kenapa nangis hmm?"

Tidak terasa air mata ku mengalir saat mengingat mereka.

Aku menggeleng sambil tersenyum menandakan tidak apa-apa.

"Aku tau nih, pasti karna terlalu kangen sama aku kan. Ah nasib orang ganteng mah gini."

Aku ketawa pelan mendengarnya, padahal dia tau bahwa ada yang sedang dipikirkan tapi dia malah mencoba membuat ku tertawa. Makin cinta kan, eh.

"Narsis banget deh, tapi memang kangen sih."

Saat dia memberhentikan mobilnya membuat aku berhenti ketawa. Memandang ke arahnya dengan bingung, sedangkan dia malah tersenyum manis. Setelahnya dia membawaku kedalam dekapannya. Sungguh nyaman dan hangat.

"Aku lebih kangen sama kamu, bu kapten." ucapnya sambil melepaskan pelukan serta mengecup kening ku sebelum menjalankan mobilnya.

"Gimana kalau kita jalan-jalan dulu, kan udah lama tu enggak. Sekitar berapa ya?" dia berhenti sebentar seperti nya mencoba menghitung ,sebelum melanjutkan kembali. "Oh ya, sekitar 2 bulan bukan."

Aku mengangguk tapi seperti mengingat sesuatu. "Ide bagus. Tapi bukannya kamu harus segera ke markas militer."

"Itu mah urusan mudah, aku udah dapat izin untuk beberapa hari. Kan mau nemeni kamu, kangen tau." rajuknya. padahal dia udah besar tapi masih seperti anak kecil aja.

"Iya deh, gak usah gitu amat. Seperti anak kecil saja."

"Kamu sih" ujarnya. "Loh kok aku sih?" godaku sambil menahan ketawa.

"Tau ah." melihat dia yang kesal, membuat aku tidak bisa menahan untuk tidak ketawa.

"Terus aja ketawa."

Dia memberhentikan mobilnya, melihat kearah aku yang masih tertawa dengan senyum nya yang sedikit aneh, aku punya firasat buruk nih.

"Apa?" tanyaku saat dia mendekat kearah ku.

Sedangkan dia hanya diam terus mendekat, membuat aku takut aja.

"Hahahaha," aku ketawa saat dia menggelitik perutku. "Udah, udah, haha."

Dia berhenti, "masih mau ketawa lagi." aku mengangguk usil saat dia ingin mendekat lagi aku langsung menggeleng.

Bisa ku lihat wajah nya yang tenang, saat seperti ini membuatku selalu merindukannya.

"Udah hampir malam nih, besok aja ya jalan-jalannya. Bukannya kamu juga gak ada kelas."

Aku mengangguk membenarkannya, memang hari sudah senja. Tidak pernah terpikirkan waktu begitu cepat berjalan. Semoga besok masih ada waktu aku untuk melihat dirinya.

semangat kapten ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang