SK '23 |melepaskan dan mengikhlaskan?|

192 13 13
                                    


Satu per satu orang mulai meninggalkan acara pemakaman, meninggalkan beberapa orang yang masih tetap disana. Seakan-akan baru saja mereka bertemu dan bersapa riang, tapi sekarang hanya tinggal nama yang mungkin tidak akan selalu mereka ingat.

Air dari langit nan gelap mulai turun dari pelan hingga deras, membasahkan mereka seketika itu.

Laki-laki yang masih menggunakan pakaian nikahnya, hanya bisa bersimpul disamping kuburan tersebut. Tidak dia pedulikan sudah berapa lama ia disini, bahkan dia ingin lebih lama disini lagi.

Isak tangis? Siapapun itu, baik muda atau tua, baik laki-laki atau perempuan. Tidak ada yang bisa menutup perasaan mereka. Saat gembira maka tertawa lah, saat terluka maka menangis lah.

Dia mengelus batu nisan tersebut, terlihat disana yang mana seharusnya menjadi hari bahagia karena kelahirannya. Tapi ternyata menjadi hari kembalinya ke pangkuan Sang Maha Esa.

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

Stephani Yolanda
Binti
Muhammad

Lahir:
Tanjung Barat, 01 Desember 1998
Wafat:
Tanjung Barat, 01 Desember 2019

Air matanya kembali menetes, dadanya terasa amat sesak, tubuhnya diam, tidak ingin beranjak dari sana.

Penyesalan hinggap di pikiran nya, penyesalan yang tidak bisa diubah dan diperbaiki lagi.

"Kenapa...? Kenapa kamu harus pergi...? Aku masih ingin dengar suara kamu.. Aku masih ingin... Kenapa kamu meninggalkan aku begitu cepat? Apa kamu sungguh marah, hingga tak ingin bertemu denganku lagi..." lirih Ryan menunduki kepalanya, air mata kembali menetes.

Dia ingin kekasihnya ada disini, dia ingin melihat bagaimana kekasihnya itu tersenyum, dia ingin...!

R

yan menarik napas untuk sesaat, dadanya kembali sesak. Air mata kembali menetes bercampur air hujan. Sadar bahwa semua keinginannya tidak akan bisa digapainya lagi dan hanya akan menjadi angan-angan.

Eko dan Adit datang menghampiri sahabat mereka, kehilangan Stephani begitu membuat mereka tidak menyangka, sosok baik dan ceria itu sudah pergi ke pangkuan sang maha kuasa.

Dan untuk pertama kalinya mereka melihat bagaimana terpuruknya Ryan, sosok dingin dan tidak menampilkan kesedihan atau kesakitan, sekarang memperlihatkan betapa dia sangat kehilangan dan raga nya seakan terbawa pergi bersama kekasihnya.

"Bro, mari kita doakan agar dia tenang disana, mungkin juga ini sudah seharusnya dia pergi." kata Eko sedikit serak, Adit menepuk pelan pundak Ryan mencoba memberikan kekuatan pada sahabatnya.

"Ryan..." panggilan lembut terdengar, terlihat disana ibunya dan ayahnya yang memegang payung berwarna hitam.

Dia diam sesaat sebelum kembali menatap kuburan yang basah dengan bunga yang masih segar.

"Tenang saja, bu. Aku masih harus bahagia bukan hari ini, hari pernikahan aku hahaha..." Ryan tertawa pelan, membuat ibunya kembali meneteskan air mata. Hati dia sakit melihat anaknya seperti ini, orangtua mana yang tidak sakit melihat anaknya seperti ini.

"... Dan hari kepergian dia untuk selama-lamanya." lanjutnya pelan sambil terisak, tangisnya tidak lagi bisa dibendung. Dia ingin orang tuanya bahkan dunia tahu, betapa ia sangat kehilangannya. Dia ingin mereka merasakan bagaimana sakitnya hatinya saat ini. Betapa hancurnya dia saat ini, dan ini tidak akan ada yang bisa menyatukan hati ini, kecuali perempuan yang sudah berbaring tenang didalam sana.

"Dia pasti sangat kedinginan... Dia pasti kesepian... Dia..." ucapannya terhenti dengan tangisan.

Arya memandang ke arah sebaliknya, matanya juga memerah. Tidak ada yang lebih menyakitkan, saat kalian ingin menyembuhkannya tapi tuhan sudah bertindak lebih dulu.

Dia berjalan maju, Adit dan Eko meminggir memberikan jalan untuknya. Arya menepuk pundak Ryan, kekasih yang amat dicintai adik sekaligus sahabatnya itu. "Dia pernah bilang, "bila suatu saat dia pergi dan tak kembali, boleh menangis tapi mohon jangan terlalu lama. Yang dia butuhkan adalah doa." jadi apa yang lebih tepat untuk dilakukan sekarang Ryan? Kamu tahu apa itu bukan, setelahnya pulanglah, kerjakan tugas yang kamu lewatkan. Dan jangan lupa kalau ada waktu ke-kosan nya, di sana ada sesuatu yang ingin dia berikan."

Arya kembali menatap nisan tersebut. "Maafkan abang yang gak bisa menyelamatkan kamu..." lirihnya, air mata menetes. "Abang akan menjaga Andini tulus dan membuatnya bahagia selama abang masih bernapas."

Arya menghapus air matanya, dia menarik napas sesaat. Mengecup pelan batu nisan bertuliskan nama kesayangannya itu. "Abang pulang, dek. Abang akan selalu ingat berdoa untukmu dan tak akan lupa."

Arya menepuk pelan pundak Ryan, "pulanglah." katanya sambil menjauh dari sana, berjalan kearah Andini yang tersenyum tapi tidak bisa menutup kan kepedihan hatinya.

Arya tersenyum membawa istrinya ke pelukan dan mereka melangkah pergi menjauh dari kuburan dengan berat hati.

Ryan kembali menatap kearah nisan yang bertulis nama kekasihnya itu. "Ah, apakah benar yang diucapkan lelaki itu? Keinginan mu itu kah?" dia menarik napas sesaat, dan mencoba tersenyum. "Maafkan aku, sayang. Yang belum bisa melepaskan kamu seutuhnya, maafkan aku gak bisa mengikhlaskan kamu."

"Sekarang, walaupun berat dan tidak ingin. Aku melepaskan mu... Aku akan terus mendoakan kamu yang terbaik dari sini. Cepat atau lambat aku akan menyusul kamu, sayang. Dan tunggu aku saat itu datang."

Ryan membacakan doa dalam hatinya, setelahnya mengelus pelan nisan itu dan mengecupnya lama.

"Aku pergi," lirihnya, menegakan tubuhnya. Memandang ke sekitarnya ada sahabat-sahabatnya, ada Yoga, orangtuanya, atasannya dan keluarga calon mertuanya.

"Mari ibu, lanjutkan acara yang sempat tertunda tadi." katanya sambil berjalan menjauh. Tapi, orang tuanya hanya berdiam diri terteguh. Wajah sedikit santai yang dia perlihatkan sejak tiga tahun lalu. Sekarang sirna begitu saja, mengembalikan anak mereka kepada sosok dingin tak tersentuh itu.

Ryan hanya diam, terus melangkah pergi ke mobil nya dengan langkah berat tidak ingin meninggalkan permakaman itu.

Ini kedua kalinya dia merasakan kehilangan. Yang pertama, dia meninggalkan Ryan hanya karna uang dan Ryan hanya merasa kecewa saja. Tapi, kehilangan yang kedua ini begitu menyakitkan dan menghancurkannya.

Perempuan yang paling dia cintai, sekarang sudah pergi. Pergi untuk selama-lamanya dan tak akan kembali. Walaupun begitu, cinta pani-nya akan terus bersama dia, dihatinya!

semangat kapten ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang