"Innalillahi wainnalillahi roji'uun.." kalimat itu spontan terucap dari bibir Komar. Kontan ucapan itu disambut jerit dan tangis Umi dan Andik, istri dan anak almarhum. Keduanya pun langsung menubruk almarhum yang masih terbujur hangat di kursi colt diesel pinjaman tetangga. Keduanya tak mempercayai kematian itu akan menimpa lelaki yang selama ini menghidupi keluarganya. Kematian yang sangat mendadak dan tanpa tanda-tanda. Tak ada derita sakit parah sebelumnya. Pelukan anak dan ibu itu pun dipaksa dilepaskan karena empat perawat datang mendekat untuk mengusungnya. Anak dan ibu itu pun meronta-ronta. Meraung dalam tangis yang menyayat hingga mengundang perhatian para pengunjung rumah sakit.
Sebab-sebab kematian tak terbaca akurat oleh dokter, kecuali satu ucapan yang sangat umum, 'terkena serangan jantung.' Kematian itu hadir sepersekian detik ketika colt diesel berhenti di gerbang Unit Gawat Darurat. Seandainya saja, colt diesel itu lima menit lebih cepat, bisa jadi nyawa almarhum Sutomo dapat tertolong. Pikiran-pikiran naïf semacam itu melompat-lompat di benak Komar.
Saat Sutomo ditemukan tersungkur di depan pintu belakang rumah, dia masih sadar. Bahkan bisa diajak bicara. Katanya, "Kepalaku sedikit pusing. Semalam aku kurang tidur. Aku hanya ingin cuci muka, barangkali bisa mengurangi pusingku." Kemudian Komar, tetangga terdekat yang dipanggil Umi saat kejadian, langsung membantu mendudukkan Sutomo di kursi panjang. Saat itu subuh baru berlalu. Tanya Komar, "Wajahmu pucat sekali. Ke rumah sakit ya?"
Sutomo menggeleng, katanya lirih, "Sebentar lagi juga akan sembuh. Aku hanya capek."
"Ambilkan air hangat. Kasih jahe. Mungkin Tomo masuk angin," perintah Komar pada Umi yang hanya berdiri mematung. Panik melihat kondisi suami membuatnya tak tahu harus berbuat apa. Untung ada Komar yang setiap selepas subuh selalu menikmati udara pagi sambil senam ringan di depan rumahnya. Kalau saja tak ada Komar, suaminya dipastikan lebih lama lagi tersungkur di depan pintu belakang, hingga malaikat maut menjemputnya. Tubuh suaminya yang jauh lebih besar dari dirinya tak mungkin dipapahnya sendiri.
Beberapa menit sebelum air jahe datang, Sutomo tak dapat lagi diajak bicara. Komar kontan lari mencari pinjaman mobil. Tapi sial, 5 mobil dari tetangga terdekat semua terpakai. Dimaklumi, karena hari itu libur hari besar. Banyak tetangga Tomo keluar kota. Satu-satunya mobil yang dapat ditemui adalah colt diesel tua milik Haji Mas'ud. Itupun baru bisa jalan setelah distater berpuluh-puluh kali. Saat colt diesel sudah siap mengantar Sutomo ke rumah sakit, kondisinya sudah tak sadarkan diri dengan denyut jantung melemah. Begitu colt diesel berada di gerbang UGD, Sutomo menghembuskan nafas terakhirnya. Seandainya Sutomo mau dibawa ke rumah sakit, seandainya mobil-mobil tetangga tak pergi berlibur, seandainya colt diesel Haji Mas'ud tak ngadat, nyawa Sutomo mungkin bisa diselamatkan.
"Itu kan yang ada di pikiranmu, Komar. Tapi siapa yang bisa menghentikan takdir yang sudah ditetapkan Allah?" Haji Mas'ud memberi penyadaran pada Komar.
"Tapi kebiasaan syiriknya itu lho Pak Haji yang saya sayangkan. Sebagai orang terdekatnya saya tak mampu meluruskan. Dia belum sempat tobat."
"Ya, itu bukan jadi urusanmu lagi. Kenyataannya dia sudah mati. Mau apa lagi."
***
Malam hari sebelum kejadian.
"Karierku tidak boleh terhenti di sini. Aku merangkai karierku ini jauh sejak aku belum jadi apa-apa. Dan sudah saatnya aku meraih karierku paling puncak di angka mendekati lima puluh tahun. Satu langkah saja, aku akan dapat meraihnya," katanya pada Komar sambil menikmati bintang bertebaran. Komar tak lebih hanya menjadi pendengar setianya dari cerita-cerita yang diulang dan diulang. Tentang karier awalnya sebagai tukang bersih-bersih kantor kecamatan. Kemudian dari semangat kerjanya yang tak mengenal waktu, ditariklah dia di dalam kantor untuk menjadi juru ketik. Kerjanya yang tak mengenal lelah, dia pun diangkat kariernya menjadi kepala bagian kerumahtanggaan kantor kecamatan. Sepuluh tahun menjabat kepala bagian kerumahtanggaan, kariernya seakan mandeg. Saat itulah, dia berkenalan dengan Priono.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACAU (Kumpulan Cerita)
Short Story...Kejadian laknat di malam itu tak berhenti sekali, belum sempat aku terbangun dari pembaringan, tentara-tentara lain sudah menyerangku. Menyerangku dengan cara-cara binatang, mengeroyok dengan cara yang egois untuk memuaskan diri sendiri, meningga...