Sahabat adalah orang paling istimewa dalam hidupku, aku pernah mengecewakan dia. Sampai dia membenciku dan diri sinilah aku belajar jika cerita ini bukan hanya tentangku.
*
*
*
*
Happy Reading 😆Musik terdengar semakin kencang, setiap alunan terdengar nikmat menembus gendang telinga. Setiap melodi dan nada selalu seiras dengan langkah kaki. Lampu bulat dan besar tergantung sempurna di atas lantai dansa, menyorot setiap insan yang menari dengan riang. Beberapa dari mereka menari sambil memegang botol minuman, menjadikan benda memabukkan itu sebagai teman pelapur lara di kala takdir tidak sesuai dengan kehendak mereka, banyak juga wanita dengan pakaian ketat dan minim berada di sekitarku.
Bau alkohol dan rokok tercium menembus rongga paru-paru. Namun, entah kenapa semakin semerbak bau itu, semua beban di kepala selama satu bulan belakangan ini perlahan lenyap. Bukan karena masalahnya telah usai, melainkan kesadaran untuk memikirkan semua masalah itu telah menghilang. Otak yang semula terasa begitu sakit sepertiakan meledak sekarang sudah lebih tenang, tidak ada lagi perdebatan antara logika dn spekulasi. Senyum yang hanya aku tunjukan untuk kebutuhan komersial sekarang tampil di wajah dengan alasan tidak jelas, kalau kata anak kecil mirip orang gila. Melihat seorang pria menari dengan sebotol alkohol membuat aku ikut merasa haus, kedua kaki pun langkah sempoyongan ke tempat bartender berada.
"Mas, pesen Reed wine lagi satu," ucapku pada seorang pelayan pria.
"Baik Mbak," sahutnya dengan tersenyum ramah.
Sambil menunggu pesanan selesai, aku mulai mengamati sekitar. Ternyata benar kata orang bar tidak lebih dari tempat lelaki hidung belang, terlihat banyak sekali lelaki dengan berbagai usia duduk bersama gadis sewaan mereka. Penampilan gadis-gadis itu terlihat murahan, baju minim dan ketata, riasan wajah begitu tebal dan mencolok, rambut dicat dengan berbagai warna. Namun, saat menoleh ke bawah aku menyadari satu hal jikalau penampilanku tidak jauh berbeda dengan mereka. Rok jeans minim sepaha, baju atasan berwarna hitam berlengan pendek yang cukup ketat membentuk lekuk tubuh dengan sempurna.
Tangan kananku terangkat lalu menenpuk jidat. "Capek deh, berasa ngeritik diri sendiri."
Pandanganku kembali terkunci pada seorang gadis cantik tengah berdiri di ambang pintu. Gadis dengan balutan jaket jeans berpadu dengan celana dan kaus unggu mulai berjalan mendekat.
Gadis itu melontarkan tatapan tidak percaya, saat dia berada tepat di hadapanku. "Vi, gue kira lo khawatir sama Chaca." Gadis itu mendesah berat sejenak, "tapi ternyata lo malah asik-asik di sini. Vi, lo tahu'kan, sekarang bukan saatnya lo nyari korban buat obsesi lo itu."
Aku mengamati dengan seksama wajah gadis yang terus saja mengomel itu. "Auriel, ternyata lo."
"Iya gue, kenapa?"
Aku cuman membalas Auriel dengan senyuman culas nan tidak jelas. Tak lama kemudian, palayan pria tadi meletakkan pesananku di atas meja. "Ini Mbak, silahkan dinikmati."
"Makasih, Mas ganteng."
"Sama-sama Mbak." Pelayan itu kembali ke tempatnya semula, aku meraih gelas berisikan red wine lalu, meneguknya sampai hanya menyusahkan setengah dari jumlah volume awal.
"Vi, lo dengerin gue'kan? Vi, mending sekarang kita pergi dari sini ya," ajak Auriel.
"Enggak mau, gue masih mau di sini Rel," ucapku tersenyum mirip orang gila sambil menggeleng-gelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
l WILL KILL YOU { TAMAT }
Misterio / SuspensoCover edit by : Canva+painters {Kalau ada tanda ✔ artinya itu sudah revisi} Rank: 1#pembunuhanberantai (26 April 2021) 2#fakeboy (17 April 2021) [Punya darah rendah, baca ini deh biar jadi darah tinggi. Selalu positif thingking sama orang, baca ini...