#BAB 15 : AURIEL ATTACK PART 2 ✔

69 18 19
                                    

Dunia hanya melihatku baik-baik saja, dunia hanya bisa membandingkan aku denganmu tanpa tahu seberapa sulit aku menjalani hidupku.
*
*
*
Happy Reading 😉

Tubuh seketika membatu, mulut seolah menjadi bisu, aku membekap mulut kuat-kuat dengan tangan agar tidak mengeluarkan suara tangisan barang satu oktaf sekali pun. Dari cela kecil terlihat Auriel sibuk mengobrak-abrik isi gudang. Andai Auriel bukan sahabatku, tangan ini pasti tidak akan ragu ikut mengayunkan pisau ke arahnya.

"Vi, mau denger cerita yang bagus enggak?" tanya Auriel.

Sepertinya dia sudah menyerah untuk mencariku. Awalnya aku sempet takut karena tiba-tiba dia duduk tepat di sebelah rak buku. Untungnya gudang cukup gelap dan sepertinya dia tidak menyadari jika ada ruangan kecil di sebelah kanan dia-tempatku bersembunyi.

"Vi, dulu ada anak kecil yang cuman hidup sama ibunya, dia enggak pernah rasaiin yang namanya kasih sayang seorang ayah. Dia selalu di nomor dua'kan, ibunya lebih sayang sama pekerjaan sampai luangin waktu walau cuman satu detik buat anaknya aja dia enggak mau.

"Sewaktu SMA, dia ditindas tapi enggak ada yang belain dia bahkan ibunya aja enggak peduli. Tragisnya lagi ketika dia jatuh cinta ternyata cowok yang dia puja cuman mau renggut keprawanan dia. Sampai suatu saat dia ingin menyerah buat jalanin kehidupan itu, dan datanglah sosok lain dalam dirinya yang membantu dia tetap bertahan dan membunuh semua orang yang coba nyakitin dia."

Auriel kini berganti menoleh ke arah pintu-tempatku bersembunyi. Dari cela-cela pintu aku bisa lihat betapa sedihnya tatapan gadis itu. "Ariel namanya, dia adalah gue yang sekarang. Dia yang bunuh mereka semua, dan ada orang yang ngendaliin Ariel sekarang. Vi, tolongin gue ..."

Degh.

Benarkah semua ini, apa mungkin Auriel memiliki kepribadian ganda. Suasana sempat hening sampai suara teriakan kembali terdengar. "Ahhh ... gue mohon berhenti, huwaaa ... pergi !!!"

Usai teriakan itu sirna, suara lain berganti datang. Terdengar sebuah benturan pelan, seolah-olah ada benda berat yang sengaja ditabrakkan ke pintu. Aku memberanikan diri untuk melirik dari cela pintu tetapi, hanya bagian kaki Auriel yang terlihat. Mungkinkah, benturan pelan itu berasal darinya. Perlahan kugeser pintu kayu, dan benar saja ada sosok Auriel yang tebujur lemas di sana.

Aku putuskan untuk keluar dari tempat persembunyian dan mendekat ketempat Auriel tergeletak. "Rel, Rel, are you okey?" Telapak tangan masih terus menepuk-nepuk permukaan pipi Auriel. "Rel, Rel, bangun!" seruku yang tidak kunjung mendapat respon.

Mata Auriel tiba-tiba terbuka lebar, seringai tajam terukir sempurna di wajah, dengan kecepatan setara dengan cahaya kedua tangan gadis satu ini bergerak ke arah leher. Dia mencekik begitu kuat sampai aku tidak bisa bernapas dengan benar. Tanganku berusaha menahan akan tetapi, tenaganya terlalu kuat. "Lo harus mati Vi!"

"Lo, Ariel'kan? Lep-ppas-sin sa-hab-at gue," ucapku terbatas-bata.

"Enggak, dia terlalu lemah jadi biar gue yang selasiin masalah dia."

Tunggu, menyelesaikan? Apa dengan cara membunuh orang lain itu termasuk dalam hitungan penyelesaian masalah? Dia pikir Auriel bahagia dengan semua ini, dia pikir nurani Auriel tidak akan tersiksa jikalau sadar semua orang mati di tangan dirinya yang lain. Aku memang tahu kalau Auriel punya riwayat depresi cukup parah, bahkan sampai masuk pusat rehabilitasi beberapa tahun silam karena diduga sebagai pelaku pembunuhan. Tetapi, aku tidak menyangka jika gadis yang selalu tersenyum ini memiliki gangguan kepribadian ganda, serta emosi yang tidak stabil.

l WILL KILL YOU { TAMAT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang