#BAB 8 : TERNYATA LO ✔

143 43 28
                                    

Jika senyum adalah obat maka tangis adalah penawar racun yang mampu meringankan luka
*
*
*
*
*
Happy Reading 🤗

"Ampun ... gue masih pengen hidup, please ... jangan bunuh gue," teriakku meracau dengan mata tertutup rapat. Kedua telapak tangan menyatuh seperti mengisyaratkan permohonan ampun.

Mirip seorang rakyat jelata yang memohon ampunan kepada raja, agar tidak dijatuhi hukuman mati. Namun, saat kedua bola mata mulai terbuka. Aku sontak terkejud, kala mendapati sosok tidak asing tengah berdiri di depanku. Cowok itu terlihat asik tertawa layaknya orang tidak berdosa. Sambil berkacak pinggang, aku melontarkan pandangan mata sinis ke arahnya.

"Oh, ternyata lo, gue pikir siapa? Tadi perasaan bilangnya suruh gue pulang sendiri. Kok, sekarang nyusulin," celetukku tajam kepada cowok jangkung yang tidak lain adalah Reyhan.

"Nih ... ada cewek chat gue kayak gini." Reyhan menjejelkan ponselnya ke wajahku dengan jarak yang cukup dekat. Terlihat sebuah chat singkat bertuliskan 'Lo datang sekarang ke Jl. Mawar sekitar 100 meter dari halte bus. Dia neror gue lagi.'

Aku memilih memalingkan muka. "Hhmm ... anterin gue pulang! Entar gue ceritain di jalan."

"Okay, btw gue minta maaf udah biarin lo pulang sendiri tadi."

Aku hanya menganggukan kepala sembari berjalan mengikuti langkah kakinya, menuju ke sebuah motor merah yang terparkir di seberang jalan. Reyhan memberikan sebuah helm dan menyuruhku untuk memakainya. Setelah helm terpasang rapi di kepala, aku mulai menaiki jok motor, dengan Reyhan yang duduk di depan sebagai pemegang kendali. Kedua tangan sudah memegang erat di sisi kiri dan kanan pinggang milik detektif menyebalkan itu.

"Pegangan yang bener," pinta Reyhan.

"Modus ya, lo."

"Mau nyungsep? Kalau iya, selamat mencoba."

Okay, dengan berat hati aku mulai melingkarkan kedua tangan ke badan Reyhan, memindahkan tangan yang semula di pinggang menjadi menyatu erat di depan perutnya. "Udah nih ... buruan jalan!"

"Iya, neng. Marah-marah mulu heran, tensinya berapa coba."

"Berisik, langsung jalan aja bisa!" Mendengar amukanku, Reyhan pun langsung menyalakan mesin motor bermerek Kawasaki untuk menyusuri jalan.

Selama perjalanan selain bertanya arah ke apartermen, dia juga bertanya apa yang tadi sempat terjadi. Aku pun mulai menceritakan kejadian beberapa menit yang lalu. Tentang sosok laki-laki misterius yang aku lihat di halte bus, seorang pria aneh dengan make up Joker yang tadinya sempat mengejarku. Walaupun akhirnya sosok itu menghilang dengan sendirinya seperti hantu, mendengar hal itu Reyhan pun terlihat terkejud. Aku bisa tahu lewat gelengan kepala serta nada suaranya yang terdengar bingung. Reaksi Reyhan sering kali membuatku bingung, terkadang dia terkesan serius dan benar memikirkan jalan keluar untuk kasus ini. Tetapi, di sisi lain dia terlihat santai bahkan perkataannya cenderung membuat kesal.

Lama perjalanan kami menyusuri jalan yang perlahan terlihat sepi, hanya di lintasi oleh beberapa kendaraan saja. Akhinya kami pun sampai. Area apartermen tempatku tinggal memang terkenal cukup sepi, tempatnya agak terpencil dan harga sewanya sangat terjangkau. Beberapa orang yang tinggal di sini hanyalah orang berfinansial menengah—tidak terlalu kaya dan tidak begitu miskin. Namun, ada alasan tersendiri kenapa aku yang lumayan terkenal lebih memilih menetap di sini.

l WILL KILL YOU { TAMAT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang