#BAB 3 : BALAS DENDAM BAG 1 ✔

318 108 51
                                    

Terkadang mencintai itu tidak harus memiliki.
*
*
*
*
*
Happy Reading 😉


Padahal baru saja aku menikmati indahnya langit senja. Tetapi, mengapa? Malam begitu cepat datang mengantikan senja, membuat sang mentari pergi untuk digantikan oleh sang rembulan. Di tengah kesunyian malam aku berjalan seorang diri sembari mengecek deretan notifikasi yang masuk ke akun sosial mediaku. Namun, saat mata melihat sekeliling semuanya tampak sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki dan beberapa mobil yang melintas menyusuri jalan.

Rasanya ada seseorang yang sedang mengikuti langkah kakiku dari belakang. Awalnya aku sedikit mempercepat tempo langkah kaki, tetapi semakin lama rasa takut mulai menghantui, pikiran buruk terus terlintas di benakku mungkinkah dia pembunuh berantai itu. Secara otomatis kedua kaki ini langsung berlari sekencang mungkin sampai napas tersenggal-senggal tidak beraturan, jantung berdebar begitu cepat mengiringi setiap irama gerakan kaki. Sampai akhirnya terlihat sebuah mobil taksi yang terparkir di ujung jalan, langsung saja aku menghampiri mobil taksi itu.

"Pak, bisa bapak anterin saya ke Jalan Cempaka Unggu nomer X?" tanyaku dengan napas yang tersenggal-senggal layaknya orang kehabisan oksigen. Bahkan buliran keringat sudah menetes, mengabsen pori-pori kulit.

"Bisa mbak, ayo naik!" jawab sang supir taksi dengan kepala tertunduk.

Tanpa pikir panjang aku pun langsung membuka pintu taksi dan menutupnya kembali. "Ayo jalan, Pak!!" pintaku.

"Baik mbak ...." Sang supir pun langsung menyalakan mesin mobilnya.

"Mbaknya tadi kok, ngosgosan gitu habis lari-lari ya?" tanya sang supir.

"Ahh ... iya Pak, tadi saya iseng aja."

Aku tidak ingin mengatakan yang sebenarnya karena, takut nanti malah ditertawakan. Ya'kan, mana mungkin orang percaya kalau aku diteror sama orang tidak jelas, yang ada sudah capek tausiyah malah dikira paranoid. Suasana pun tiba-tiba menjadi senyap dan tenang tidak ada satu kata pun yang terucap dari mulut kami selama perjalanan. Awalnya aku merasa lega, karena kupikir sekarang semua sudah aman hingga mulai terasa ada sesuatu yang janggal. Seharusnya tadi belok ke arah kiri tetapi, kenapa malah belok ke arah kanan?

Rasa takut mulai mengerogoti isi otak, dengan segenap jiwa aku coba memberanikan diri bertanya pada sang supir. "Pak, kok, belok kanan harusnyakan tadi belok kiri?"

Sang supir taksi tiba-tiba saja melepas topi yang semulanya melekat di atas kepalanya. Kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum tajam. "Lo pikir gue supir taksi lo ya, lo inget gue? Haikal, cowok yang lo hina beberapa hari yang lalu."

Aku terkejud bukan main saat melihat Haikal, tanpa sadar kubekap mulut dengan telpak tangan. "Haikal! apa mau lo? Tutt--turunin gue sekarang atau gue bakalan lompat!!" teriakku terbata-bata karena takut, pasalnya aura ini cowok satu serem banget. Dinginnya itu bukan mirip esnya Elsa lagi tetapi, udah mirip psikopat di film pembunuhan.

"Nggak mau, kita bahkan belum mulai kok, udah minta turun. Kalau lo mau lompat coba aja! Pintunya udah gue kunci tuh," celetuk Haikal sinis.

"Kal, apa pun yang mau lo lakuin, gue mohon lupain itu semua, gu-gue tau gue salah. Gue ... minta maaf ta--tapi ... tolong turunin gue. Sekarang!!" seruku penuh penekanan diakhir kata. Namun, bukannya memberhentikan mobil taksinya, dia justru malah melaju semakin kencang menyusuri jalanan yang tampak sunyi.

Aku mulai merasa merinding, bulu kuduk tidak lupa absen untuk berdiri satu persatu, dan tanpa sadar air mata mulai menetes sedikit demi sedikit karena ketakutan. Tubuh sampai gemetaran hebat, tetapi jika aku terus diam dan pasrah pada keadaan. Maka hal buruk bisa saja terjadi, apalagi setiap permohonan yang aku ucapkan tidak digubris satu pun sama dia. Seolah-olah dia menulikan telinga agar satu kalimat pun tida dapat terdengar.

l WILL KILL YOU { TAMAT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang