Aku mempercayaimu lebih dari diriku sendiri, tetapi kamu malah ingin membalasku dengan kematian.
*
*
*
Happy Reading 😉Suara alat elektrokardiogram terdengar begitu teratur, setiap tetes infus mengalir dengan semestinya, selang oksigen telah terpasang dengan sempurna di punggung tangan. Namun, mata Auriel masih terpejam rapat. Dokter berkata ada trauma mental yang mengakibatkan gadis ini kehilangan semangat hidup bahkan sampai membangkitkan sisi lain yang seharusnya sudah tertidur cukup lama. Ditambah dia juga kehilangan banyak darah, akibat luka di pergelangan tangan dan beberapa daerah tubuh lain yang tidak langsung diobati.
Ada benturan di bagian kepala yang tidak terlalu keras akan tetapi, karena benturan inilah kesadaran Auriel menghilang. Diagnosa menyatakan jika Auriel menyerangku dalam kondisi tidak sepenuhnya sadar, tubuhnya yang sudah penuh berbagai macam luka bergerak seperti mayat hidup karena pengaruh hipnotis seseorang. Dokter bisa tahu karena aku menceritakan semua yang terjadi dan lewat catatan medis kejiwaan Auriel dua tahun lalu.
Kedua tangan menopang kepala yang terasa sakit, air mata terus menetes seirama dengan untaian kata penyesalan. Andai aku bisa datang lebih cepat, mungkin semuanya tidak akan terjadi. Mungkin dia masih bisa tersenyum dan berceloteh riah seperti biasanya, dan mungkin aku bisa menangkap dalang dari semua insiden ini.
"Vi, maafin gue. Tapi setelah Auriel sadar dia harus menjalani penyelidikan karena semua bukti memberatkan dia sebagai tersangka."
Aku terlalu larut akan kesedihan sampai tidak sadar jikalau ada orang yang datang. Kepala kembali menegak, kedua mata menyorot pilu ke arah Reyhan. "Lo udah cek hasil medis dia? Lo udah cek cctv rumah dia? Lo udah temuin bukti apa aja selain penyerangan enggak berdasar tadi."
Reyhan menoleh ke arah jendela lalu, membuang napas berat. "Vi, gue udah cek hp dia dan lo mau tahu apa yang gue temuin?"
Aku langsung beranjak berdiri. "Apa emangnya?"
"Gue temuin chat dia sama pembunuh yang neror lo, dan selama ini gue juga bingung kenapa semua sidik jari orang yang ada di daftar tersangka enggak ada yang cocok sama semua bekas sidik jari di barang bukti." Reyhan menyodorkan sebuah kertas yang dia pegang dari tadi. kuraih kertas putih dengan jumlah dua lembar itu, mata mulai menyorot semua untaian kata yang terketik rapi di atas lembar HVS. "Karena sidik jari itu milik Auriel."
Tubuh seolah melemas ketika sadar semua paparan fakta itu benar. Reyhan bahkan menyodorkan ponsel Auriel kepadaku, dan benar saja di layar terpampang jelas riwayat pesan antara Auriel dengan orang yang selalu mengirim pesan teror padaku. Bahkan dia juga tahu siapa penculik Chaca, tetapi malah memilih bungkam. Dia menyalahkan aku, bilang egoislah, dan hanya peduli pada popularitas lantas, dia sendiri bagaimana?
Kusodorkan kembali semua barang bukti ke Reyhan. "Ambil! Gue mau pergi dulu."
"Lo mau ke mana Vi?" tanya Reyhan.
"Gue enggak akan yakin kalau bukan gue sendiri yang nemuin buktinya Rey, dan lagi kalau Auriel pembunuh itu. Seharusnya enggak akan terjadi apa-apa sama gue nanti." Aku melangkah mantap meninggalkan kamar inap Auriel.
Kedua kaki terus berlari menyusuri koridor rumah sakit sambil menangis tanpa suara, hati masih enggan percaya sahabat baik yang gue kenal sewaktu duduk di bangku SMA adalah seorang pembunuh. Parahnya lagi, kenapa setiap orang yang aku percaya selalu berkhianat, termasuk Auriel. Jika percaya memang sesakit ini, lantas kenapa hati selalu mencoba untuk mempercayai orang lain. Jika mengingat kejadian pertama kali aku mengenal gadis bernama lengkap Agatha Auriela Putri, seperti tidak ada yang salah. Namun, hari ini semunya berubah dan sebuah kepercayaan sedang dipertaruhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
l WILL KILL YOU { TAMAT }
Misterio / SuspensoCover edit by : Canva+painters {Kalau ada tanda ✔ artinya itu sudah revisi} Rank: 1#pembunuhanberantai (26 April 2021) 2#fakeboy (17 April 2021) [Punya darah rendah, baca ini deh biar jadi darah tinggi. Selalu positif thingking sama orang, baca ini...