Part 6

339 96 6
                                    

(Segala percakapan antara Hendery dan Hyewon dalam part ini menggunakan bahasa Inggris)








***

"Lebih dari itu." Hyewon mendongakkan kepalanya memandang pria itu.

"Apa maksudmu? Bicaralah dengan jelas!" Hendery tak kuasa menangani apa maunya wanita ini.

"Aku akan membuatmu membayar apa yang telah kau lakukan kepadaku." Ucap Hyewon dalam hati sambil tersenyum licik.

Hyewon mulai merapikan rambut acak-acakan yang menutupi wajah cantiknya. Entah masih terlihat cantik atau tidak setelah pria itu menganggapnya hantu yang memang nyatanya siapa pun yang bertemu dengannya pasti akan berpikir ia bertemu dengan makhluk tak kasat mata.

"Jika kau ingin pergi, kau harus membawaku bersamamu." Ucap Hyewon menyibak rambutnya kebelakang berlagak sok cantik.

"Ya sudah berdiri sekarang! Dan ikuti langkahku." Tak ada ramah-ramahnya, Hendery mulai kesal dengan wanita itu. Melihatnya dengan wajah seperti itu, Hendery menyesali sempat menyuruhnya untuk merapikan rambutnya. Pikirnya lebih baik rambut itu menutupi wajah wanita yang berlagak ini.

"Kenapa masih diam disitu?!"

Hyewon tetap diam tak beranjak.

"Baiklah aku pergi." Hendery benar-benar pergi.

Hyewon tak percaya ia ditinggalkan begitu saja.

"BAGUS PERGILAH, TIDAK PERLU KEMBALI LAGI, ENYAH KAU PRIA BRENGSEK!" Hyewon berteriak kencang agar suaranya sampai ke telinga pria itu.

Hyewon membuang napas kasar. Harinya terus berjalan dengan melelahkan. Kepalanya, matanya, mulutnya, kakinya rasanya lelah sekali. Dan bukan hanya rasa lelah yang ia rasakan, melainkan juga kakinya yang terluka di bagian tumit yang sudah mengeluarkan darah di kulit putihnya.

Sejak dari hotel pagi tadi hingga saat ini telapak kakinya masih memakai heels. Bayangkan seperti apa rasanya sepatu tinggi itu menggesek permukaan kulit putih mulus yang selalu dirawatnya. Sepanjang hari yang ia lakukan berdiri, berjalan, berlari. Hentakkan kaki keras yang beradu di atas aspal, tanah berumput, hingga Medan yang naik turun. Sudah bisa dipastikan mengapa ia terduduk lesu sekarang. Yang artinya ia sudah tidak kuat untuk sekedar berjalan lagi.

Jika dipikir-pikir lagi bisa saja dia berjalan dengan kaki telanjang di situasi sekarang. Eh tapi tunggu dulu, seorang Hyewon tidak memakai alas kaki adalah hal mustahil yang akan ia lakukan. Wanita itu akan memilih tetap memakai heels walau sebesar apa lukanya. Ya, wanita itu sangat peduli terhadap penampilan sehingga terluka bukanlah hal besar bagi dirinya. Tapi semua itu berlaku hanya luka permukaan kulit seperti ini. Untuk yang lainnya beda lagi.

Hyewon masih memperhatikan kakinya yang terluka, dan tangannya meraba permukaan kulit kakinya untuk melihat sudah separah apa lukanya.

"Naiklah!" Hendery berjongkok membelakangi Hyewon dan menyuruhnya untuk segera naik.

Hyewon tak menyangka jika pria yang ia teriaki brengsek kembali lagi. Hyewon saat itu juga berpikir bahwa pria itu tak sepenuhnya brengsek.

"Kenapa kau kembali lagi?" Hyewon ingin tahu alasan pria itu kembali.

"Kau terlalu banyak mengumpat. Mungkin saja kau berhenti mengumpat saat aku benar-benar bersikap baik sekarang."

"Jadi kau hanya ingin terlihat baik begitu?"

"Apa aku brengsek?" Hendery mengeluarkan pertanyaan balik setelah tak ingin menjawab pertanyaan Hyewon.

"Kau masih belum menyadarinya?! Apa perlu aku mengumpat lagi padamu?"

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang