"Hey, apa kau sudah melihat direktur?"
"Apa maksudmu? Bagaimana aku bisa melihat, sosoknya saja tidak pernah muncul."
"Ya, kau benar. Selama ini yang memberikan arahan hanya General Manajer saja. Aku mendengar sedikit pembicaraan GM dengan beberapa manajer lainnya bahwa direktur akan datang hari ini."
"Hah, kau bercanda bukan? Aku sudah lama bekerja disini dan tidak pernah melihat direktur."
"Terserah padamu mau percaya atau tidak, yang pasti sebentar lagi direktur akan datang."
"Bukan seperti itu maksudku, aku hanya merasa aneh saja. Perusahaan sebesar ini dari awal aku masuk memang belum pernah melihat direktur. Misterius sekali. Jadi direktur kita pria atau wanita?"
"Heh, kau kira aku mengetahui semuanya begitu. Hanya itu saja yang kudengar."
Sebelum memulai perkerjaan yang memerlukan tingkat performa berkualitas, mendadak pada pagi hari ini terjadi ajang tebak-menebak orang nomor satu di perusahaan furnitur terkemuka seantero negeri ginseng tempat mereka bekerja.
Selama lima tahun perusahaan ini berdiri, struktur kepemimpinan tak jarang membuat para karyawan pusing hanya dengan memikirkannya.
Belum lagi desas-desus mengenai sosok misterius yang katanya kejam, berdarah dingin, tua, dan bahkan tak segan-segan memecat karyawan dan mempermalukannya di depan para karyawan lainnya.
Hal ini yang setiap saat seperti menghantui mereka jikalau tiba-tiba direktur datang kapan saja. Sebelumnya GM telah mewanti-wanti semua pekerja jika suatu saat orang yang mereka takuti itu bisa datang seperti hantu yang tidak dapat diduga-duga.
Semua itu dilakukan tentu saja dengan maksud agar semua bersikap sebagaimana pekerja pada mestinya yang selalu merasa diawasi walau memang nyatanya direktur tak ada.
Seperti hari ini semua pekerja gempar mendengar kabar dari mulut ke mulut bahwa direktur akan berdatang hari ini. Rasa takut mereka dengan kemungkinan yang sudah terpikirkan tentang sosok direktur semakin besar.
Suara speaker yang memberitahukan kepada seluruh awak perusahaan agar dapat berkumpul di lobi untuk menyambut direktur pimpinan perusahaan. Segeralah para pekerja berbaris rapi sambil membuat jalan untuk sang direktur lewat nantinya. Deruan napas tarik hembuskan selalu terdengar demi meredakan degub jantung yang berpacu lebih cepat.
Suasana di lobi tepat dari pintu masuk hingga meja resepsionis penuh dengan pekerja yang sibuk sendiri mengecek atau mengatur tatanan baju hingga serapi mungkin. Keadaan saat ini seperti menandakan terjadinya inspeksi dadakan. Sudah menjadi peraturan tak tertulis untuk berpakaian rapi dan berperilaku profesional dalam bekerja.
Seketika para karyawan yang tengah sibuk sejak tadi, langsung segera berdiri tegap, tangan disamping, saat melihat mobil mewah berwarna hitam melalui kaca tembus pandang di lobi.
Mobil itu berhenti di depan pintu masuk perusahaan. General Manajer yang sudah menunggu kedatangan sang direktur mulai berjalan menuju mobil hitam saat pintu mobil yang sudah lebih dulu dibuka oleh sekretaris direktur.
"Selamat pagi, Direktur!"
Sapaan yang ditujukan kepada direktur yang baru keluar dari mobil itu hanya dibalas dengan berlalu pergi begitu saja. General Manajer menampakkan ekspresi memaklumi, walau baru bertemu ia sudah diberitahu akan sifat atasannya.
"Ah, seharusnya kau tidak perlu mengumpulkan mereka seperti ini." sang Direktur berjalan di depan para pekerja yang sedang membungkukkan badan kepadanya.
"Lihat! Mereka jadi tegang." Sambil melihat para barisan yang belum bergerak, ia melihat beberapa ada yang sampai bergetar saat ia berdiri di depan salah satu pekerja.
"Dan kurasa kau yang tepat di sebelahku juga merasakan itu. Tenanglah, semua belum dimulai, jadi santai saja." Kata-kata direktur seakan mengisyaratkan sesuatu yang lebih akan mereka lihat sebentar lagi.
Sudah setengah lantai lobi ia lalui. Satu demi satu pekerja yang ia lewati tak luput dari matanya. Ada yang sangat rapi, ada yang hanya meminyaki rambut bagian atas saja, ada yang memakai kemeja setengah kusut, dan bahkan semerbak wewangian yang sangat menusuk hidung tak luput ia dapati.
"Baik, sudah cukup. Silahkan tegakkan tubuh kalian." Perintah oleh sang atasan kepada karyawan yang menyambutnya dengan sangat hormat plus getaran ketegangan. Jadi, reaksi apa yang akan mereka lihatkan saat mengangkat wajah?
Terkejut, kagum, tak menyangka, disertai dengan naiknya alis, mata melotot dan mulut terbuka, menyaksikan secara nyata sosok direktur yang selama ini selalu ghaib. Berapa detik wajah mereka kaku bak menjadi manusia es dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tak ada yang bergerak, tubuh serasa disihir oleh makhluk yang berdiri di depan mereka.
"Sebegitu terkejutnya kah kalian melihatku? Sampai lupa bagaimana cara bernapas?" Ucap sang direktur disertai kekehan kecil.
"Santai saja, aku tidak akan memakan kalian."
Lengan putih yang di letakkan di antara perut dan dada tak kunjung ia lepaskan. Bersedekap mengarah para pekerja yang sedang seperti menahan buang air saat melihatnya.
Mereka mulai berbicara sendiri dengan melibatkan sosok yang terlihat sangat bersinar. Rambut hitam legam, kulit putih pucat, wajah yang bisa dikatakan seperti model catwalk. Oh, bukan wajah saja, tubuhnya juga. Jangan lewatkan apa yang membuatnya sangat berbeda dengan seonggok manusia yang berkumpul di tempat yang sama dengannya saat ini. Alih-alih mengenakan pakaian formal, sang direktur lebih terlihat seperti akan menghadiri pesta. Gaun merah yang mengkilap dengan bahu kanan yang terekspos, beberapa perhiasan mahal bertengger di leher, daun telinga, pergelangan tangan, jari-jemari, dan kakinya yang jenjang memakaikan heels berkilau setinggi 10 cm, sudah sangat cocok untuk pergi ke ajang penghargaan yang selalu dihadiri para selebritis papan atas, pikir para karyawan saat melihat wanita paripurna ini.
Masih muda, berwajah rupawan, penampilan menarik, sangat jauh dari ekspektasi sebelumnya yang berumur setengah abad, berwajah keriput, dan bertubuh gemuk. Sekaligus yang paling membuat tercengang yaitu sosok yang tak pernah terlihat ini ternyata seorang wanita.
Mereka tidak bisa terlalu lama larut dalam menyaksikan wanita nomor satu di hadapan mereka, karena sesuatu langsung memaksa mereka untuk sadar bahwa keadaan mulai berubah. Kali ini ketakutan terbesar mereka telah datang. Wanita yang dipanggil direktur ini seperti sedang memakai panah yang bisa dengan cepat menusuk siapa pun yang sedang main-main dengannya. Pekerjaan mereka akan diawasi secara nyata, dan jika ada yang tidak beres, eksekusi mengerikan akan terjadi cepat atau lambat mulai dari sekarang.
"Sudah siap? Ayo, kembali bekerja!"
***
Hai...
Cukup lama gak nulis. Sibuk banget, dari kerja, belajar buat utbk, nah yang ini cukup berat ditinggalin.Tapi tetap aku nyempetin nulis, karena gak bisa otak ini kalau sambil belajar malah kepikiran scene lanjutan cerita ini maupun cerita sebelah. Harus banget di ketik soalnya nanti lupa.
Oke, kok jadi curhat begini sih. Hehe...
Akhir kata, siapa pun kamu yang baca sampai sini aku mau bilang, SEMANGAT!!! Semoga yang dicita-citakan tercapai yaa, dan rasa lelahmu akan diganti dengan hal yang sangat indah... Amiin...
Vote, comments, dan saran kritik, ayo ayok dipersilahkan...
02112020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Glass
FanfictionRencana Hyewon untuk meninggalkan China, negara yang mencekiknya selama 12 tahun ia tinggal disana, membuatnya bergegas menyusun kepindahan hingga sepenuhnya menetapkan status kewarganegaraannya untuk negara Korea Selatan. Keputusannya ini sangat di...