Part 23

154 40 3
                                    

Hyewon terbangun, sesaat ia menggerakkan kepalanya lalu rasa nyeri di tengkuknya terasa. Hyewon jelas mengingat apa yang terjadi tepat sebelum ia pingsan. Orang biadap suruhan si tua berani memukulnya hingga tak sadarkan diri.

Mata Hyewon menelisik di ruangan yang terkesan mewah yang hanya berisikan beberapa barang. Saat itu ia sadar bahwa ia sudah berada di sebuah hotel dimana tempat pagelaran yang harus ia hindari.

Terduduk di atas kasur, Hyewon sedang mencerna apa yang akan terjadi jika ia hanya berdiam diri disini. Beberapa kali Hyewon mengacak rambut hitamnya itu saat berpikir bisakah ia melarikan diri dari tempat ini.

Berulangkali suara ketukan pintu pun tak terdengar oleh Hyewon, menandakan betapa kerasnya ia berpikir yang hanya suara kepalanya saja yang memenuhi pancaindranya itu.

--

Hendery sedang mematut di depan cermin. Pria itu sudah siap dengan setelan jas berwarna hitam. Selagi menatap diri, Hendery terpikirkan oleh Hyewon. Bagaimana keadaan wanita itu? Apa dia baik-baik saja? Hanya dua kalimat itu yang selalu bergantian terdengar di kepalanya.

Keluar dari kamar hotel tempat ia mempersiapkan penampilannya, Hendery menuju kamar lainnya yaitu kamar yang sedari tadi ia tempati selepas menidurkan Hyewon yang pingsan. Ya, Hendery selalu memantau Hyewon yang tak sadarkan diri dengan tak ingin mengangkat kaki keluar. Hingga si sekretaris direktur itu menelepon dirinya mengatakan jika baju yang disiapkan sudah berada di kamar nomor 107 yang mana kamar itu adalah kamar yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari untuk para kolega sebelum menghadiri acara. Bisa saja Hendery meminta pelayan untuk membawanya ke tempatnya menunggu Hyewon yang pingsan, tapi sejenak ia ingin menjernihkan pikirannya setelah banyaknya kejadian yang terjadi hari ini. Maka dari itu ia mulai melangkah keluar menuju kamar tempat ia akan membersihkan diri.

Beberapa langkah mendekati kamar Hyewon ia melihat 2 orang pelayan. Satu orang sedang mengetuk dan satu orangnya lagi sedang membawa beberapa barang ditangannya.

"Sudah berapa lama?" Tanya Hendery melihat raut lelah pelayan di depannya.

"Sekitar 30 menit, Tuan." Jawab si pelayan sambil membungkuk.

"Berikan padaku."

Pelayan itu langsung memberikan barangnya dan menepi untuk mempersilakan Hendery membuka pintu. Hendery membawa barang itu yang sudah ia ketahui bahwa isinya gaun, heels dan beberapa barang lainnya.

Hendery melihat Hyewon sudah sadar segera mendekati Hyewon dan menaruh benda ditangannya itu di atas meja.

"Apa kau merasa pusing?" Tanya Hendery seketika melihat Hyewon memegang kepalanya.

Hyewon tak menjawab tetapi memang benar ia merasa pusing.

Hendery ingin menggapai Hyewon yang sedang menunduk. Ia khawatir melihat wanita itu yang tak mengeluarkan suara apapun. Sebelum tangannya terangkat ia mengurungkannya.

"Aku akan memanggil dokter." Ucap Hendery segera ingin berlalu keluar.

"Tidak perlu." Dengan cepat Hyewon menghentikan Hendery.

"Kau yakin?"

"Ya."

Keduanya terdiam. Hendery melihat bahwa Hyewon sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Katakanlah Hendery sok tahu, tetapi memang wanita itu sangat tertekan selain fisiknya terluka psikisnya pun tak luput dari pengamatan Hendery.

"Aku mungkin menyakitimu lagi dengan mengatakan ini," Jeda Hendery sejenak membuat Hyewon mengangkat wajahnya dan menatap Hendery.

"bersiap-siaplah, aku akan menunggumu disini." Ucap Hendery hati-hati dan menunggu reaksi dari wanita didepannya.

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang