Part 20

156 47 11
                                    



Setelah menerima informasi dari orang suruhannya, Hendery bergegas bangkit dari duduknya dan keluar dari perusahaan untuk mencari Hyewon. Sebenarnya ia tak tahu- menahu kemana kiranya wanita itu pergi. Ia tak begitu mengenal Hyewon, yang ia tahu wanita itu hanya akan pergi ke perusahaannya atau ke perusahaan kakeknya, dan semua itu terulang dikemudian hari.

Hendery cukup kewalahan menghadapi Hyewon karena sifatnya yang terlalu menutup rapat segala hal mengenai dirinya. Semua begitu abu-abu, dan Hendery sadar bahwa Hyewon membangun tembok diantara dirinya agar ia tak terlalu berurusan dengannya.

Selama mengemudi, Hendery selalu memikirkan Hyewon. Tak biasanya ia keluar sampai malam seperti ini. Ya, wanita itu. Kejadian pagi tadi terputar di kepalanya. Betapa Hyewon memancarkan kemarahan pada dirinya dan dengan berteriak menyuruh Hendery keluar. Apakah karena itu? Apa sebenarnya yang terjadi? Hendery harus mencari jawabannya.

Kembali ke Hyewon, wanita itu merunduk saat merasa kakinya sudah sangat pegal memakai sepatu hak tinggi yang ia pakai sejak pagi tadi. Saat itu yang melihat sepasang sepatu, lebih tepatnya ada seseorang yang berdiri tepat didepannya. Menegakkan tubuh, Hyewon mendongak menatap orang itu.

Mereka hanya saling menatap satu sama lain.

"Gege, kau seharusnya tak membiarkan seorang wanita menunggu terlalu lama!" Tiba-tiba suara anak kecil menyadarkan Hyewon dan Hendery.

"Kasihan sekali kakak ini menunggu pacarnya hingga larut!" Kedua manusia itu tercengang mendengar seruan anak kecil yang tak jauh dari mereka.

Suasana canggung terasa setelah kejadian ke-sok-tahuan seorang anak kecil mengenai hubungan mereka. Hendery beralih duduk disamping Hyewon, tak lupa menyisakan celah besar antara ia dengan Hyewon.

Sebelum ia menemukan Hyewon, Hendery sangat putus asa karena tidak tahu dimana Hyewon berada, sampai ketika ia membawa mobilnya ke sekitar pusat kota, entah ia hanya ingin memeriksa apakah Hyewon ada disana, dan ternyata wanita itu juga sedang berada di sana. Hendery bernapas lega saat menemukan Hyewon dan dengan cepat berlari ke arahnya.

Duduk disamping wanita yang tak ingin mengeluarkan suara itu, membuat Hendery tak tahan.

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Hendery.

Diamnya wanita itu ternyata lebih menyeramkan dari pada saat dimana ia mengumpat.

"Aku minta maaf untuk kejadian kemarin dan pagi ini." Ucap Hendery tulus, ia memang sangat keterlaluan saat itu, tapi keadaan sangat serba salah. Disisi lain ia harus keras, untuk bisa terus menahan Hyewon.

"Mengapa kau sampai larut malam disini?" Tanya Hendery lagi.

"Bagaimana aku bisa pulang saat dompetku dicuri." Ucap Hyewon pelan.

"Bagaimana bisa?"

"Terjadi begitu saja."

"Kau tidak menyimpan nomor darurat siapa pun?"

"Tidak ada. Siapa manusia yang peduli padaku? Lagipula aku masih bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain." Hyewon adalah Hyewon. Ia tetap menjunjung tinggi ego seorang wanita.

"Jika seperti itu, mengapa kau masih berada disini?" Tanya Hendery hati-hati dengan nada pelan.

"Karena itu....." Hyewon skakmat, tidak bisa menjawab Hendery.

Hendery mulai paham, selain karena Hyewon tak menyimpan nomor siapapun, apalagi menghafalnya. Ia juga bukan orang yang akan dengan mudah meminta bantuan lebih dulu kepada orang lain.

"Dengar, kau tidak bisa selamanya hidup seperti ini. Setidaknya dalam keadaan sulit seperti ini, kau harus mencoba meminta bantuan kepada orang disekitarmu."

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang