Part 16

448 72 6
                                    

Hyewon memangku siku sambil mengepalkan tangan di pipi menahan kepalanya. Jika dilihat ia tak mempedulikan sosok pria yang sedang fokus menyetir di sampingnya, melainkan sedang berkutat dengan dirinya sendiri.

Mengulas balik ke belakang, Hyewon merasa keraguan akan dirinya sendiri. Bukan apa-apa. Bukan perasaan mendalam yang seakan mekar, dalam tanda kutip 'cinta' atau sejenisnya, tapi ada hal lain yang salah dengan dirinya semenjak bertemu dengan pria itu.

Bukankah ia mendapat julukan 'nenek sihir' oleh para karyawan perusahaannya. Sudah menjadi rahasia umum betapa keras sifat seorang Hazel Kang, direktur perusahaan ternama di Korea Selatan.

Jadi, ada segelintir rasa tak percaya ataupun sifatnya yang ia pikir akhir-akhir ini mudah mengalah. Hyewon benci memikirkan betapa lemah dirinya saat ini.

Akan ia tekankan untuk kata selanjutnya yang keluar dari mulut agar tetap berpegang teguh pada setiap tindakan kedepannya.

"Hentikan mobilnya!" Satu kalimat seruan dengan suara nada rendah yang jarang Hyewon ucapkan ini tak lantas membuat mobil menepi.

Hendery masih acuh walau mendengar jelas perkataan wanita di sampingnya.

Hyewon tahu tabiat Hendery yang selalu menulikan telinga saat mendengar seruannya. Inginnya Hyewon menghela napas tapi kembali lagi ia tak akan lemah. Ia harus membuat Hendery tak bisa menulikan telinga lagi.

"Turunkan aku!"

"Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?!"

"Hentikan saja mobilnya!"

Mobil itu pun menepi dan berhenti. Hyewon ancap kaki turun dari mobil dan menjulurkan tangan ke depan saat mobil taksi lewat, lalu beralih masuk ke dalam taksi tersebut.

Hendery masih tak menyangka. Matanya masih melekat pada taksi yang dinaiki oleh Hyewon. Sungguh tiba-tiba sekali. Ada apa dengan wanita itu? Apa dia ada salah padanya? Ya, Hendery tahu sebelum  bersedia ia antar, wanita itu terlihat tak masalah walau dengan paksaan.

Satu hal yang Hendery sadari bahwa wanita itu sedang menekan dirinya sendiri untuk tak terikat dengan Hendery. Hendery mulai memahami pergolakan batin seorang Jiang Huiyuan. Pertanyaannya hal apa yang mendasari wanita itu berpikir keras selama di perjalanan tadi.

"Memahami seorang wanita sesulit ini ternyata." Hendery tak ingin seperti ini. Ia hanya ingin mengantar Hyewon pulang. Sambil kepalanya memikirkan Hyewon, ia mulai melajukan mobilnya.

---

Memasuki kawasan perhutanan yang rindang dan jauh kedalam, Hendery masih berada di depan kemudi dengan tak fokus. Rupanya ia masih memikirkan kejadian tadi.

Mobil yang ia kemudikan mulai bergerak perlahan sesaat melihat deretan pohon menyambut dirinya. Tepat beberapa meter kedepan terdapat sebuah rumah.

Hendery memarkirkan kendaraannya di depan rumah itu. Rumah kayu yang tergolong biasa saja dengan ukuran kecil berlantaikan dua dan terdapat tanaman menjalar naik hingga atap.

Lantai teras berderit saat Hendery akan membuka pintu rumahnya. Ya, rumahnya yang sudah cukup lama ia tinggalkan. Dan tentu saja debu langsung menghampiri sang pemilik saat Hendery mulai merasa ada sesuatu yang memasuki hidungnya. Tak ada yang menarik di dalam ruangan lantai satu ini, hanya ada beberapa sofa berdebu yang setia tak berpindah tempat, beberapa lemari meja dan kursi. Pantry disudut ruangan.

Hendery lalu berjalan menaiki tangga dan mengambil selembar kain kanvas yang berada di anak tangga terakhir sebelum ia melanjutkan naik ke atas. Senyuman tipis terlihat saat ia membuka kain kanvas itu. Berisikan sketsa gambaran yang belum selesai. Tak ada yang mengerti gambaran apa itu karena Hendery sendiri hanya menggambar sketsa kasar yang belum berbentuk apa pun yang dapat di pikirkan oleh orang lain dalam sekali lihat.

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang