Part 9

335 96 4
                                    






Hendery sedang berkutat dengan banyak berkas yang perlu ia teliti secara mendalam.

Selama satu bulan, perusahaannya tak kunjung membaik. Untuk seukuran perusahaan multinasional, hal ini menimbulkan banyak kerugian. Dan kemungkinan besar pailit bisa saja terjadi.

Hendery pusing mengurus semua ini. Entah bagaimana cara dia agar membereskan masalah yang menyangkut keberlangsungan perusahaannya.

Karena rumor buruk tentangnya, semua investor mencabut saham yang telah ditanamkan di perusahaan milik keluarganya yang telah di bangun dari generasi terdahulu.

Entah rumor atau fakta, sampai sekarang Hendery tak akan mengakui jika semua ini karena kesalahannya.

Sebelumnya rumor tentang direktur perusahaan yang tidak pernah masuk kerja, sering pergi mencari udara segar yang sangat jauh, terlihat di klub malam dengan banyak wanita, dan perilakunya yang seperti tak niat untuk menjalankan perusahaan.

Rumor itu nyatanya fakta, hanya saja semua karyawan masih mencoba menutup mata dan telinga saat di kantor. Walau ujung-ujungnya mulut tetap berjalan mengeluarkan suara sembunyi-sembunyi saat bekerja. Mereka masih ingin mempunyai penghasilan.

Hingga sebulan yang lalu, perusahaan gempar mengetahui para investor tiba-tiba datang ke kantor pusat. Yang pada saat itu Hendery tak berada disana. Rupanya para investor itu sengaja berdatang secara mendadak untuk membuktikan apa yang telah mereka dengar selama ini tentang bagaimana tingkah asli sang direktur.

Si sekretaris menelepon tapi tak kunjung diangkat. Hendery memang malas sekali mengangkat telepon dari siapapun terutama masalah perusahaan. Dan ketika di California ia sengaja mengabaikan telepon sekretarisnya.

Pada saat itu si sekretaris masih menjelaskan kemana direkturnya pergi dan memberi alasan jika direkturnya sedang keluar negeri dan ia sangat sibuk disana sehingga direktur tidak menjawab telepon darinya.

Para investor yang sudah terbawa emosi, tak ingin mendengar semua alasan. Detik itu juga mereka mengucap akan mencabut saham di perusahaan itu. Besok harinya semua karyawan termangu lesu merasa tak ada masa depan cerah untuk perusahaan itu.

Kembali dari California Hendery mendapat tamparan keras dari ayahnya. Sampai tubuhnya tersungkur jatuh ke lantai saking kuatnya tamparan itu.

"Kau sedang memberontak?!"

"Ck, bukankah ini lebih dari memberontak?" Hendery tetawa sinis

"Sejak awal aku tidak pernah ingin mengambil alih perusahaan itu."

"Kau!" Tuan Wong mengangkat telapak tangan ingin menampar kembali Hendery.

"Ingat Hendery! Ibumu sedang koma dirumah sakit aku bisa saja menghentikan pengobatan ibumu!"

"Jadi, bersikap baik lah dan selamatkan perusahaan sebelum benar-benar bangkrut olehmu!" Ayahnya pergi meninggalkan Hendery yang terdiam sebelum amarahnya ia luapkan.

"ARGHHH!!!" Hendery menjambak rambut hitamnya dengan kuat.

"Ibu..."

Situasi rumit antara keinginan yang harus ia korbankan demi wanita kesayangannya.

Menjadi direktur perusahaan bukan keinginannya. Tapi ia harus mengikuti suruhan ayahnya jika tak ingin terjadi sesuatu kepada ibunya.

Hendery yang stress selalu melepaskan bebannya dengan menyerahkan segala urusan kantor kepada sekretarisnya. Perusahaan itu akhirnya terbengkalai kala pemimpin perusahaan yang tak ada untuk menjadi tiang kokoh melindungi segala permasalahan terutama finansial.

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang