Part 13

281 77 10
                                    










"Semua mungkin akan terlihat tanpa harus menanyakan. Kau, ada sesuatu kebencian dalam dirimu." Ucap Hendery.

"Kebencian?" Hyewon berlagak tak tahu apa yang dimaksud oleh Hendery.

"Ya, aku baru ingat, kakek mu mengatakannya."

"Jadi bukan hanya satu tapi ada beberapa yang kau ketahui."

"Aku diberitahu jika kau membenci kakek mu, ayah mu, negara ini, dan aku...?" Ada nada bertanya di akhir.

Hendery ingin memastikan apakah ia sudah masuk dalam deretan kebencian yang Hyewon rasakan.

"Jawaban apakah aku membencimu, kau sudah tahu." Hyewon melihat Hendery masih menunggu kalimat yang akan ia katakan.

"Kenapa? Masih belum menyadari? Bukankah kau sudah melakukan perjanjian dengan si Tua untuk menahan ku agar hidup di negara ini." Hyewon kesal mengapa Hendery masih terus menanyakan soal kebencian.

"Jadi benar aku sudah masuk dalam salah satu kebencian mu." Hendery akan terus menanyakan hal yang menurutnya perlu untuk ia ketahui, terlebih wanita itu belum apa-apa sudah membenci.

"Ya." Jawab Hyewon seadanya.

"Alasan?" Hendery ingin tahu alasan wanita itu. Selama ini saat ia menanyakan alasan, Hyewon selalu mengelak untuk mengatakan.

"Kau terlalu banyak bertanya." Hyewon tak suka ditanyai berulangkali.

"Ck... Ini tidak masuk akal. Kau membenciku tanpa alasan yang jelas." Hendery berdecak sinis, ia benar-benar tak mengerti.

"Apa aku harus menjelaskan alasannya?"

"Lupakan! Tak ada gunanya berbicara dengan wanita kemusuhan sepertimu." Hendery berbalik ingin meninggalkan ruangan itu. Sampai ketika suara lengkingan terdengar membuatnya berbalik menghadap Hyewon.

"APA KAU BILANG?!!! KAU YANG TAK TAHU APA-APA, DIAM SAJA!" Hyewon tak bisa menahan amarahnya saat di ledek Hendery.

"Aku memang tak tahu apa-apa tentang mu, fakta bahwa kau adalah orang China, aku terkejut. Dan dibanding melihatmu berteriak kepada ku dengan raut kebencian mu, aku lebih suka melihat mu berteriak sembari mengumpati ku seperti di pemakaman waktu itu."

"Bukankah kau merasakan sesuatu dari perkataan ku barusan?"

Hendery kau harus segera me-rem omongan yang keluar dari mulutmu. Permainan yang kau buat bisa saja berbalik membuat kau makan hati setiap berhadapan dengan wanita itu.

"Aku tidak per-"

"Bukan kau tapi aku." Hendery ingin mengetes apa kalimat yang dikatakannya tadi sempat masuk dipikiran Hyewon.

"Mengapa kau berbicara belibet sekali." Hyewon yang tak mengerti arah pembicaraan Hendery, hanya menganggapnya berbicara tak jelas.

"Kau yang tak mengerti." Hendery menghela napas, seperti inikah rasanya bertemu dengan wanita yang tak memedulikan apapun.

Semakin berlanjutnya pembicaraan yang tak berbobot ini, Hyewon akhirnya menjelaskan lebih agar Hendery berhenti bertanya.

"Camkan baik-baik, saat aku melihatmu berada berhadapan dengan si Tua itu, semua tentangmu berubah menjadi sumber kebencian baru yang kurasakan."

"Aku berusaha lepas dari pengaruh kalian semua. Aku tak bisa mempercayai siapapun. Kau membuat perjanjian dengan Pria Tua itu maka kau tentu saja masuk dalam deretan kebencian ku karena kau akan terus mencegahku pergi dari sini."

"Disini bukan rumahmu lalu kemana kau bersikeras ingin pergi?"

"Direktur Wong! Saya lelah dan ada tumpukan berkas yang perlu saya kerjakan. Silahkan pergi dari sini!" Akhirnya Hyewon mengeluarkan kata-kata formal yang dimaksudkan karena ia lelah meladeni Hendery.

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang