Part 15

416 85 5
                                    








Pancaran sinar matahari mulai masuk ke dalam kamar tempat Hyewon tidur sekarang. Wanita itu masih nyenyak berada di atas kasur.

Selang berapa menit mata wanita itu seketika terbelalak dan dengan cepat bangun dari kasur yang membuatnya tertidur nyenyak semalaman.

Sembari mengumpulkan nyawa, ia dihadapkan dengan tempat asing dengan interior modern. Tempat ini sangat memperlihatkan jika kamar yang dengan leluasa ia tiduri adalah milik seorang pria. Lihat saja warna cat dindingnya tak ada cerah-cerahnya. Hanya dinding berwarna abu-abu gelap yang terbentang sepanjang luas kamar ini.

Hyewon mengusap rambut kebelakang dengan mengucap kata-kata indah di pagi hari setelah mengingat betapa memalukan dirinya kemarin.

Lantas pikiran apa yang menghampiri seorang wanita bernama Hyewon ini? Pergi. Ya, hanya itu yang bisa ia pikirkan sekarang. Persetan dengan wajahnya yang bengkak ataupun rambut acak-acakan, ia harus pergi sekarang.

Hyewon berjalan diam-diam menuju pintu keluar kamar. Ia tak tahu mengapa tingkahnya seperti ini. Hyewon pun heran, ia tak mencuri atau melakukan hal kriminal tapi mengapa ia mengendap-endap seolah takut akan tertangkap. Percayalah Hyewon sempat berharap agar pria itu tidak sedang di rumah. Tapi jika memang ia di rumah setidaknya ia sedang sibuk di kamar mandi atau dimana pun yang tak terlihat, sehingga Hyewon bisa dengan cepat keluar dari rumah ini.

Sebelum benar-benar keluar kamar ia berbalik arah mencari benda yang sedang ia pikirkan. Tapi sayang di sepanjang ia mengelilingi kamar tak menemukan benda itu. Frustrasi, Hyewon membiarkannya dan dengan cepat menuju keluar kamar.

Pintu terbuka, ia melirik situasi di dalam rumah melalui lantai dua. Merasa tak ada kegiatan di dalam rumah, Hyewon melangkahkan kaki menuruni tangga.

"Tidakkah kau butuh ini sebelum pergi?" Sebelum Hyewon berhasil meninggalkan rumah itu, suara pria menghentikan langkah kakinya. Dari lantai dua, pria itu mengangkat sepasang sepatu hak tinggi sambil menatap Hyewon yang berada di lantai bawah.

Benda itu adalah benda yang ia cari di kamar tadi. Ketika tak menemukan heels-nya, ia pasrah jika tak memakai alas apapun. Yang terpenting yaitu ia cepat pergi dari rumah pria itu.

Hendery menuruni tangga menghampiri Hyewon yang seperti tertangkap basah olehnya.

"A-aku tak memerlukan itu." Bohong Hyewon, ia tetap ingin memakainya, setidaknya jangan biarkan kaki mulusnya tak berlapiskan sepatu.

"Benarkah? Ah, berarti aku salah sempat berpikir untuk menyimpan sepatu ini agar kau tak kemana-mana esok harinya."

"Kau pikir aku selalu bergantung dengan benda itu? Adakalanya keadaan mendesak membuatku merelakan semuanya." Entah mengapa Hyewon berbicara seperti ini. Ada hal tersirat dalam pengucapannya dan Hendery sadar akan itu.

Canggung. Satu kata yang dapat dilihat dari dua makhluk ini yang saling menatap. Ingin Hendery memikirkan apa maksud sebenarnya dari kata-kata spontan Hyewon. Tapi mengingat sekarang ia sedang menciduk wanita yang sedang terburu-buru ingin keluar dari rumahnya, Hendery kembali mengalihkan pertanyaan.

"Tidak perlu pergi terburu-buru Huiyuan, apa kita melakukan hal panas tadi malam?"

"TUTUP MULUTMU! Jika tidak, akan ku robek mulutmu saat ini juga! Dan apa? Huiyuan? Kau berani sekali memanggilku seperti itu!"

"Hazel? Kau pikir aku juga akan memanggilmu dengan nama itu?! Lidahku sudah cukup nyaman dengan pengucapan nama china-mu, dan sekarang kita tak sedang berada di California, jadi aku akan memanggilmu Huiyuan."

"Arghh, orang sepertimu seharusnya lenyap dari muka bumi ini." Hyewon menatap nyalang Hendery.

"Orang-orang seperti kalian akan terus melakukan segala hal demi mewujudkan apa yang kalian mau. Memaksakan kehendak sendiri tanpa memikirkan orang lain."

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang