Part 10

360 83 9
                                    












"Kau harus membuatnya tetap tinggal di sini."

"Aku tak peduli dengan cara apapun kau melakukannya. Buatlah ia berada disini selamanya." Pria tua itu menekankan kata selamanya di akhir kalimat.

"Siapa yang anda maksud dengan 'dia'?" Hendery tak tahu siapa yang dibicarakan oleh pria tua itu.

"Kau akan bertemu dengannya seminggu lagi." Tak ada tanggapan lebih lanjut. Hendery menatap lawan bicara sembari memikirkan siapa gerangan orang yang dimaksud.

--

"Apa!" Suara menggema berbunyi di dalam ruangan kerja milik wanita yang sedari tadi sibuk menulis rangkaian rencana masa depan perusahaannya pada papan berbahan kaca tembus pandang.

"Kau harus ke Beijing Minggu depan." Hyewon lantas menghela napas kasar. Lagi-lagi ia mendapat telepon dari pria yang berjarak ribuan kilometer dari dia berdiri sekarang.

"Untuk apa saya berada disana, apa anda ingin memperbudak saya kembali?" Sudah bisa ditebak pria tua itu menginginkan sesuatu darinya. Suruhan? Tidak, kata yang lebih tepat 'diperbudak'. Sungguh ironis, hidupnya tak pernah tenang. Panggilan telepon layaknya bom waktu yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Jika kau sudah tahu, untuk apa bertanya. Kau adalah aset yang kumiliki untuk membuatku semakin kaya."

"DASAR SINTING!!!" Hyewon tak peduli lagi. Amarahnya sudah tak bisa ia tahan. Biarlah si Tua itu mendengarnya.

"Aku telah memberikan apa yang kau mau, sekarang kau harus menuruti perintahku."

"Baik, pria tua gila, mari bertemu, sehingga akan lebih leluasa bagi saya untuk mengeluarkan caci maki yang selama ini anda dengar melalui telepon." Setelah selesai mengatakannya Hyewon segera memutus panggilan suara itu.

Hyewon adalah wanita malang. Rutinitasnya selalu berputar dari rumah lalu kantor lalu hal yang sama terulang kembali. Rutinitas lainnya yaitu ia sering mendapat telepon mendadak. Yang tak jarang membuatnya semakin lelah. Belum lagi ia harus memutar otak mencari jalan pintas yang bisa mengeluarkan dirinya dari sarang yang walau tak terlihat ia tetap bagaikan boneka yang dijalankan oleh pawang yang mengaturnya.

Entah apa yang akan ia alami setelah pertemuannya dengan kakeknya nanti. Yang pasti firasatnya mengatakan bahwa ia akan semakin tertekan disana.

"Asisten Park!" Hyewon memanggil asisten pribadinya yang sekaligus merangkap menjadi sekretaris perusahaan.

"Ya, Direktur."

"Kau sudah mendengar semuanya. Jadi, awasi kinerja perusahaan selama aku di Beijing. Terutama GM, aku tidak terlalu tahu banyak tentangnya."

"Baik Direktur, akan saya laksanakan."

"Kau harus mengabari ku beberapa jam sekali mengenai perusahaan."

"Siap, Direktur!"

"Apa saya boleh bertanya Direktur?"

"Katakan."

"Apa anda akan lama disana?"

"Entahlah. Aku pun tak tahu apa yang akan terjadi dengan diriku disana."

"Yang pasti aku akan berusaha menyelesaikan semuanya. Tempat itu tak pernah membuatku betah berlama-lama disana."

"Tapi apa anda baik-baik saja disana? Apa saya perlu ikut Direktur?"

"Haha, tak perlu, aku hanya akan mendapatkan sedikit emosi yang tak bisa ku tahan disana. Daripada kau terus mendengar makian ku yang tak akan pernah selesai, lebih baik kau awasi perusahaan."

The Red GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang