Hyewon adalah manusia biasa yang walau pertahanannya kuat tak menampik jika tembok yang ia bangun akan tergerus secara perlahan.
--
"Siapkan mobilku!" Hendery menelpon ajudannya dan segera bangkit setelah sekian lamanya ia duduk di sofa.
"Kau tak pulang?"
"Nanti saja." Jawab Hyewon tanpa menatap lawan bicara.
"Pulanglah sebelum jam 9 malam!"
"Kenapa kau memperlakukan ku layaknya anak kecil?!" Ucap Hyewon kesal saat di atur oleh Hendery.
"Heh! Ini kantorku aturan ini sudah lama berlaku dan kau harus menaatinya."
"Baiklah Direktur Wong! Silahkan pergi!" Hyewon mengalah dan tak terlalu mendengarkan ucapan Hendery.
"Jika kau masih berada disini lebih dari jam 9 malam, aku akan menyeret mu pergi. Dan tujuannya terserah padaku, mau ku bawa kemana kau pulang."
"He--" Belum sempat Hyewon berseru, pria itu langsung pergi.
Hyewon tak terlalu memikirkan ancaman pria itu. Toh Hyewon pikir pria itu tak akan berani melakukannya.
Hyewon, Hyewon kau salah besar jika menganggap pria itu tak akan pernah berani melakukannya.
Tanpa sadar Hyewon yang terlalu fokus bekerja tak melihat waktu sudah menunjukkan pukul 9 lewat 30 menit.
Alih-alih ia buru-buru keluar untuk pulang ke hotel, yang ia lakukan malah lanjut mengurusi berbagai macam kasus yang tertera di dalam dokumen.
"Kau rupanya tak mengindahkan kata-kata ku."
Tiba-tiba Hendery sudah berada di ambang pintu masuk ruangan.
Hyewon yang sedari tadi fokus bekerja terkejut mendapati Hendery yang kembali lagi.
Hyewon lantas membawa matanya untuk melihat pukul berapa sekarang dan ia terkejut jam menunjukkan pukul 11 malam.
Hendery melangkah mendekat meja kerjanya, dan menarik kursi yang diduduki Hyewon.
Hyewon tersentak saat kursi itu berbalik dan Hendery perlahan membungkukkan badan demi mensejajarkan wajahnya dengan Hyewon yang tengah duduk.
"A-apa yang kau lakukan?!" Ucap Hyewon tergagap, saat tubuhnya yang terkurung oleh kedua tangan Hendery yang berada di tumpuan kursi kerjanya.
"Membawamu pulang ke rumahku." Dengan jarak sedekat ini, Hendery dapat melihat kelopak mata Hyewon membesar.
Tanpa aba-aba Hendery menggotong tubuh Hyewon di bahunya.
"BERANINYA KAU MEMPERLAKUKAN KU SEPERTI INI!" Hyewon memberontak dengan memukul tubuh pria itu.
"TURUNKAN AKU!" Hyewon terus memberontak, agar ia diturunkan.
Hendery tak menghiraukan celotehan Hyewon. Ia sudah cukup memberikan peringatan sebelumnya, dan apa? Wanita itu tak mengindahkannya.
Bayangkan saja seorang direktur membawa wanita di bahunya di jam hendak tengah malam, untungnya tak ada para pekerja yang masih berada di kantor melainkan satu atau dua satpam yang bertugas. Bagi Hendery, mau dilihat seberapa banyak orang juga ia tak peduli. Lain halnya Hyewon, mau ditaruh dimana wajahnya jika ia digotong bak karung beras.
Sampai pada Hendery memasukkan Hyewon kedalam mobil, tak lupa untuk memasangkan seatbelt, lalu secepatnya beralih ke depan kemudi dan segera mengunci pintu mobil, terakhir ia menancapkan gas menuju alamat tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Glass
FanfictionRencana Hyewon untuk meninggalkan China, negara yang mencekiknya selama 12 tahun ia tinggal disana, membuatnya bergegas menyusun kepindahan hingga sepenuhnya menetapkan status kewarganegaraannya untuk negara Korea Selatan. Keputusannya ini sangat di...