"Maka tidurlah! atau kau ingin tidur denganku disini?" Lagi-lagi Hendery mengeluarkan kata-kata yang berpotensi membuat si lawan bicara balik mengumpatnya.
Hyewon menatap geram Hendery tapi tak sampai mengeluarkan umpatan, karena ia sudah merasa lelah. Sungguh perbincangan panjang itu cukup membuat tenaga Hyewon terkuras.
"Orang sepertimu, akan terus berbicara semena-mena. Apa aku terlihat mudah untuk menerima tawaranmu itu? Jika kau ingin, cari saja jalang diluaran sana?!"
"Aku berkata tidak tidur bersamaku ber-"
"Apa? kau mau mengatai aku berpikiran terlalu jauh?! Heh, semua orang juga akan berpikiran bahwa kau bermaksud seperti itu!"
Jujur saja memang benar Hendery suka membahas 'hal itu' dengan Hyewon, tapi tak serta merta ia ingin melakukannya. Anggap saja ia hanya bicara omong kosong. Dan juga bahwa orang yang ia lontarkan kata demi kata ialah seorang Hyewon, tentu hanya akan membuat wanita itu terhina dengan pilihan kata yang tidak etis itu.
"Sebenarnya aku tak bermaksud seperti itu, mulutku hanya sulit untuk diajak bekerja sama." Jawab Hendery dengan santainya.
Hyewon tertawa sinis. "Maka, tutup saja mulutmu!"
Hyewon langsung berlalu ke kamar tidur dan mengunci pintu. Ia mendudukkan tubuhnya di tepi kasur, dengan pandangan tertuju ke pintu. Beberapa saat kemudian ia menelepon sekretaris Park.
"Batalkan saja, aku tidak akan pergi hari ini."
"T-tapi, direktur?" Hyewon tak menjawab dan langsung mematikan panggilan.
Hyewon melepaskan semua aksesoris serta heels dan berganti baju. Wanita itu langsung merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Ia harus tidur karena besok ia harus kembali berkutat di perusahaan direktur cupu itu.
Di luar Hendery belum tidur ia berdiri di depan kaca memandang hamparan lampu-lampu dari ketinggian. Hendery lalu kembali menuju sofa, melepaskan jas hitamnya dan tidur.
Pagi hari tiba, Hyewon sedang berkaca sembari membasuh muka. Hyewon keluar kamar dan terkejut melihat kaca yang menampilkan pemandangan luar serta cahaya yang menderang di seluruh hunian hotelnya. Hyewon segera mencari tombol di dinding samping gorden besar dan gorden itu otomatis menutup kaca-kaca besar.
Hendery berada di pantry untuk mengambil air minum saat itu melihat Hyewon begitu panik ketika wanita itu baru saja keluar langsung berlari menuju gorden.
"APA KAU MEMBUKA GORDEN ITU?!!!" Tanya Hyewon. Wanita itu terlihat begitu marah dengan mengeluarkan suara nyaring yang menggema.
"Ya, tadi malam aku membukanya untuk melihat pemandangan dan kubiarkan sampai pagi, sengaja untuk membiarkan cahaya masuk." Ucap Hendery.
"KAU TIDAK BISA BERTINDAK SEMAUMU DITEMPAT ORANG LAIN!" Wajah Hyewon memerah menandakan ia sangat tak mentolerir tindakan pria itu.
"Apa yang salah?! Aku hanya membuka gorden itu." Ungkap Hendery tak mengerti.
"KELUAR!!!" Teriak Hyewon, mengangkat tangan dan menunjuk ke arah keluar.
"KELUAR SEKARANG!!!" Teriak Hyewon sekali lagi.
Hendery berjalan melalui Hyewon menuju sofa untuk mengambil jas dan keluar. Setelah pria itu pergi, tubuh Hyewon merosot. Di bawah lantai yang dingin itu ia kembali menatap gorden yang sudah menutup sempurna. Buliran bening berjatuhan.
"Inilah mengapa aku ingin cepat pergi dan tak akan kembali,"
"Berada disini hanya akan memperburuk keadaanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Glass
FanfictionRencana Hyewon untuk meninggalkan China, negara yang mencekiknya selama 12 tahun ia tinggal disana, membuatnya bergegas menyusun kepindahan hingga sepenuhnya menetapkan status kewarganegaraannya untuk negara Korea Selatan. Keputusannya ini sangat di...