14

1.4K 147 13
                                    

Yang udah lupa bisa baca part 13 dulu ya, biar nyambung sama part ini. Bantu koreksi kalo ada saltik, oke? Happy reading❤

¤¤¤

"Mbak, udah dulu, ya? Anak saya lagi rewel nih. Saya tutup teleponnya sekarang."

"Siapa yang telepon?"

"Astaga!"

Inggit memegang dada kirinya yang berdegup kencang. Ia pikir Pak Dharma tidak akan mengikutinya kemari. "Dari tunangan bapak, tuh. Besok Bapak harus pulang, kan mau ada acara makan malam bersama," tekan Inggit dengan senyum yang dipaksakan.

"Hm? Kata siapa?"

Tanpa menanggapi pertanyaan Pak Dharma, Inggit kembali masuk dan bertemu dengan Panji. "Mau balik sekarang?"

"Iya, tadi pamit sama orang rumah mau beli bensin, cuman mampir dulu ke sini."

"Ah, oke. Gue juga mau istirahat, rasanya badan gue pegal-pegal semua."

Panji mengangguk, baru sampai di ambang pintu ia kembali menengok ke belakang. "Git?"

Inggit hanya menengok, memperhatikan Panji dan juga Pak Dharma yang jaraknya berjauhan tapi sama-sama menatap dirinya.

"Ada hal penting yang mau gue omongin, besok kita pergi bareng Ghifar, ya?"

"Nggak—"

"Oke," potong Inggit tanpa mengindahkan tatapan Pak Dharma.

Usai Panji pergi, Inggit berniat untuk mengambil Ghifar di kamar Mbak Vina. Sayangnya Pak Dharma sedari tadi terus mengikutinya. "Apa lagi, Pak?"

"Kamu suka sama Panji?"

Ini memang suasananya yang mendadak panas atau karena tatapan Pak Dharma yang terlihat asing, ya? Teringat akan perkataan Shasa tempo hari, Inggit balas mendongak angkuh. "Kalo iya kenapa? Kalo enggak juga kenapa?"

Tanpa Inggit sangka Pak Dharma mengembuskan napas dalam, pria itu tampak mengalihkan pandangan sebelum menatap Inggit dengan tatapan bingung. "Jadi, saingan saya bertambah lagi?"

"Hah?"

¤¤¤

Inggit menggeram di dalam selimut, sedari tadi ia sulit tertidur karena memikirkan sesuatu. Jemarinya bergerak cepat di atas layar ponsel, walaupun sekarang jam sudah  menunjukan pukul 23.00, Inggit yakin mereka belum tertidur.

"Hoammmmm ... ngapain sih ngajak vc jam segini?"

Wajah mengantuk Shasa yang pertama kali menyapa Inggit, wanita itu sepertinya kelelahan sampai lupa tidak membersihkan make up.

"Urgent, Sha. Tuh, sekalian gue ngingetin lo  karena lo belum bersihin muka."

"Harus banget jam segini vc nya?" ungkap Bima. Pria itu tampak fokus menatap layar laptop dengan dahi yang sesekali berkerut.

"Lah, lo ngapain kerja jam segini?" tanya Inggit.

Bima berdecak, "cepetan mau ngomong apaan? Gue mau maraton beresin tugas, Deadlinenya besok nih."

"Bentar, tunggu Ar—"

"Ardel dah pules jam segini. Hp-nya juga suka dimatiin. Mau ngomong soal apaan sih?"

"Gue bingung."

"Soal Pak Dharma sama Mas Aqlan lagi? Kan beberapa hari yang lalu gue udah ngasih lo solusi, Git."

Found a BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang