6

1.5K 205 6
                                    

Ada yang kangen Inggit sama si Pak Bos? Atau kangen Mas Aqlan?😆

Kalo udah lupa bisa baca lagi part sebelumnya ya biar nyambung.

Happy reading 👀

¤¤¤


"Lho, kamu mau ke mana?"

Inggit menoleh, dengan kening berkerut ia menjawab, "mau pulang, Bu."

"Nggak boleh. Malam ini kamu menginap saja, nggak baik bawa bayi keluyuran malam-malam. Lagi pula malam ini saya mau pergi ke suatu tempat, Dharma sepertinya bisa cepat sembuh karena ada kamu dan Ghifar di sini."

Inggit mendelik pada Pak Dharma sayangnya balasan berupa seringai dari pria itu sungguh membuat Inggit sebal seketika. Sialan, kena jebakan batman kan!

"Dadah Inggit ... Have a nice day, ya," kata Shasa sambil cengengesan. Meninggalkan Inggit yang masih terdiam menatap pintu kamar Pak Dharma.

"Kamu mau tidur di sini sama saya?"

"Enak aja! Bapak kira saya ini wanita macam apa? Mentang-mentang nanti nggak ada siapa-siapa di sini, terus Bapak mau ngambil kesempatan? Gitu?!"

"Astaga. Saya baru tahu kamu punya sifat meledak-ledak seperti ini."

"Bodo. Ini semua gara-gara akal bulus Bapak! Seumur hidup baru kali ini saya nginap di rumah pria, kalo Bapak saya tahu, saya bisa di coret dari kartu keluarga."

Kalau saja Inggit bisa menolak ajakan Shasa, pasti sekarang Inggit sedang berleha-leha di kasur buluk miliknya.

Pak Dharma berdeham, menutupi senyumnya yang akan melebar. "Saya enggak sebajingan itu juga kali, Git. Walaupun saya nggak punya adik perempuan, ada Mama dan saudara saya yang harus saya jaga."

"Baguslah kalo Bapak sadar. Oh iya, Bapak jadi anak sultan kok pelit banget sih? Lantai satu di kantor gersang kayak gitu, nggak niat buat pasang ac?"

Pak Dharma mengibaskan tangan. "Makin menjadi-jadi kamu gaul sama anak-anak itu. Sudahlah, temui Ibu saya saja. Biar nanti beliau yang tunjukin kamar kamu di mana. Lama-lama saya bisa emosi bicara sama kamu."

"Anak-anak siapa sih? Saya dari dulu emang gini kok, kenapa? Bapak nyesel kemarin lamar saya?"

"Ghifar biar di sini saja," balas Pak Dharma tanpa mengindahkan pertanyaan Inggit.

Inggit yang baru saja meraup tubuh Ghifar jadi menoleh, "bapak nggak akan bawa kabur Ghifar, 'kan?"

Suara gelak tawa yang serak terdengar oleh Inggit.

"Kebanyakan nonton sinetron kamu. Sana, Ibu saya pasti sudah nunggu kamu."

Inggit menyipitkan mata, walau selanjutnya jadi mengembuskan napas dan menghampiri Ghifar.

Cup

"Kalo Pak Dharma macam-macam, kamu nangis yang kenceng ya, sayang. Mama nggak lama kok."

"Saya bisa dengar ucapan kamu, lho."

"Bodo amat," ujar Inggit ketus.

Pak Dharma terkekeh geli, matanya beralih menatap Ghifar yang masih terlelap. "Ternyata Mama kamu lucu, ya?"

¤¤¤

"Kamu bisa masak bubur?"

Hampir saja Inggit terjengkang ke belakang saat mendengar suara Ibu Pak Dharma yang ternyata sedang duduk di ruang tamu. Dengan kikuk ia berjalan mendekat, lalu tersenyum meringis. "Bisa, Bu."

Found a BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang