16

1.3K 170 20
                                    

Serius nanya, kalian tau dan nemu cerita ini darimana?

Kaget banget soalnya liat notif tbtb rame banget padahal aku belum pernah promosiin cerita ini di platform manapun😅

¤¤¤

"Sayang, ini anak kita nangis."

Inggit tersentak, suara itu terdengar tidak asing sekali. Begitu membalikkan tubuh, matanya membeliak kaget. Ada sosok pria yang sedang tersenyum lebar dengan Ghifar yang menangis dalam gendongannya. Kok dia pake baju yang sepasang sama gue sih?!

"Kalian berdua .... ?"

"Comingsoon. Doa-in aja, Din."

"Lanjutin sama penata riasnya aja, ya. Mbak ada urusan bentar," ucap Inggit sambil menarik tangan pria di sebelahnya.

"Kok lo pake baju yang sepasang sama gue sih?"

"Pengen aja. Btw, lo cantik hari ini. Beda banget sama bocil yang dulu suka ngelap ingus pake punggung tangannya."

Ingit mendelik, "Ji, serius deh. Lo kan bukan keluarga- maksud gue ... kok lo bisa di undang ke acara ini sih?" Bukan tanpa alasan Inggit berbicara seperti ini, sedari tadi yang ia lihat memang kebanyakan keluarganya saja, tetangga pun hanya ada beberapa. Lah, ini si Panji yang rumahnya di depan belokan sana kok bisa-bisanya ada di sini?

Panji mengulum senyum, mengelus kepala Ghifar yang masih menangis dalam gendongan Inggit. "Bentar lagi juga kita jadi keluarga. Ghifar kayaknya laper deh, lo taruh di mana perlengkapannya?"

"Di kamar sih, mau ke dapur juga kayaknya nggak sempat, pasti udah banyak orang."

"Ya udah, lo tunggu di kamar. Biar gue yang bawa termos ke sana, ada termos kecil, 'kan?"

Inggit mengangguk, lekas kembali ke kamar bersama Ghifar. Saat melihat notifikasi di ponsel, Inggit cukup kecewa tak mendapati satu pesan pun dari Mas Aqlan maupun Pak Dharma. Yang ada hanya dua panggilan tak terjawab dari Mbak Jul sekitar dua menit yang lalu.

Baru saja Inggit menyimpan ponselnya, muncul panggilan video call dari Mbak Jul.

"Ya? Kenapa, Mbak?"

"Kamu lagi di mana?"

"Di kamar, Mbak. Ini Ghifar laper. Gimana? Cantik nggak?" tanya Inggit sambil menaik turunkan alis, bermaksud untuk memamerkan riasan wajahnya.

"Cantik banget kata-nya. Sampe bikin pangling loh."

Inggit terdiam, merasa ada yang salah dengan ucapan Mbak Jul barusan. Apalagi perempuan itu tampak tersenyum menggoda di seberang sana. "Mbak lagi sama siapa?"

Mbak Jul terlihat mengganti kamera menjadi mode belakang, memperlihatkan suasana kamar indekosnya yang masih berantakan. "Sendirian, nih. Ghifar mana?"

"Nih, Ghifar lagi guling-guling aja," jawab Inggit sembari menyoroti bayi gembul itu yang kali ini juga menatapnya. "Eh, tau nggak, Mbak? Ghifar udah bisa tengkurap loh, gemes banget! Nanti videonya-"

"Perlengkapannya ada di mana, Git?"

Masih sambil melakukan video call dengan Mbak Jul, Inggit melangkah mendekati Panji. "Sini, sama gue aja. Tamunya udah dateng?"

"Bentar lagi sampai, Ghifar sama gue aja, ya? Banyak yang nyari lo tuh tadi."

"Yah, pasti gue mau di suruh-suruh lagi. Ya udah, Mbak udah dulu, ya? Acaranya mau mulai nih. Nanti aku telepon lagi."

Setelah mematikan sambungan video call, Inggit meraih botol minuman yang sempat Panji bawa. Sambil meneguk air, matanya melirik pada pop up pesan yang membuat ia tersedak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Found a BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang