Tujuh : Rasa Bersalah

108 17 6
                                    


Only the guilt deepens without knowing what to do

☆Only the guilt deepens without knowing what to do☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Caka

"Lesu amat Cak, udah seminggu nih lo gini mulu, lo diputusin Naya ya?"

Arka pagi - pagi udah bikin mood gue tambah ancur. Udah seminggu ini Naya menghindar dari gue. Semenjak mendengar jawaban Naya seminggu lalu yang hanya kata "Oke" hati gue jadi was - was. Naya mulai goyah itu sebenernya wajar. Gimana nggak goyah, cowok yang udah dia pacari selama lima tahun tak kunjung memberikannya kepastian.

Gue emang bisa dibilang nggak tau diri dan bodoh. Apa yang selama ini gue cari dari Naya? kenyamanan? lo udah dapat Cak. Rasa sayang Naya? Ya pasti Naya sayang sama lo buktinya LDR an aja masih tahan dia. Cinta? Nah ini yang buat gue ragu. Apa Naya masih menyisakan cintanya buat gue.

"Nggak tau gue Ar, pusing. Semuanya menggantung gitu aja."Ucap gue kepada Arka.

Arka sudah tau mengenai situasi yang terjadi antara gue dan Naya. Gue udah bilang ke dia sedetail mungkin dan meminta saran ke dia dan hasilnya tetap kurang puas. Kayak yang sekarang ini dia bilang ke gue.

"Lo bego Cak, perjuangin Naya, kemarin - kemarin kan gue udah bilang ajak ketemuan lo nya sih yang bego atau memang memilih untuk berhenti. Semua keputusan ada ditangan lo Cak" Ucap Arka sambari bersiap membersihkan meja bertender dan menata segala peralatan yang ada diatasnya.

"Gue udah WhatsApp dia ngajak ketemu, tapi nihil pesan gue masih centang abu dua sejak kemarin malam".

"Ya samperin lah ke rumahnya. Gimana sih lo, jadi cowok gentle dikit Cak. Otak nya diajak untuk berpikir rencananya dan tubuh lo diajak untuk menjalankan rencananya."

"Iya ya tau gue". Ucap gue dongkol juga karena apa yang diomongin Arka ada benarnya.

"Nanti sepulang dari kafe gue mampir ke rumahnya deh"

"Nih minum dulu, lo butuh kafein buat menyegarkan pikiran lo" Kata Arka sambil menyodorkan Es Americano ke gue yang sedang duduk di depan meja bartender.

"Thank Ar, cuma nasehat dari lo yang menyadarkan gue. "Kata gue agak ragu mengucapkannya takut dia jijik, tapi emang kayaknya jijik deh liat aja ekspresinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GROW OLD WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang