Sepuluh : Takut Untuk Memulai

82 13 1
                                    


Gue takut rasa ini hanya membebani dia yang tengah berjuang untuk menyembuhkan lukanya sendiri

☆Gue takut rasa ini hanya membebani dia yang tengah berjuang untuk menyembuhkan lukanya sendiri☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeje

Menunggu itu ternyata nggak enak, kita nggak tau kepastian tentang apa yang kita tunggu itu bakal datang atau pun terjadi. Kalaupun itu terjadi kita nggak tau pasti kapan tepatnya.

Kayak sekarang gue nunggu Farhan. Dia WhatsApp tadi katanya lima belas menit bakal sampe rumah. Jangan kaget, rumah gue dan Farhan cuma sepuluh menit jaraknya kalau jalan kaki. Jadi gue nggak kaget kalau dia ngasih waktu lima belas menit untuk nunggu dia.

Tapi setelah menunggu lumayan lama gue belum mendengar suara motornya yang khas. Karena gue penasaran akhirnya gue WhatsApp dia

"Han jadi nggak?"

Tapi hanya centang satu, itu artinya WhatsApp dia nggak aktif. Gue melihat jam dinding di rumah sudah menunjukkan pukul 19.30 itu yang artinya lima belas menit gue menunggu dari waktu yang dijanjikannya tadi.

Di jam 19.35 akhirnya terdengar suara klakson dari motornya. Gue buru - buru pamit ke Mama. Mama sempat bertanya - tanya juga kenapa Farhan nggak datang-datang. Namun gue menjelaskan mungkin ada hal yang sedang dia kerjakan atau ada hal lain yang lebih mendesak.

"Nih martabak manis buat Mama lo Je." Kata Farhan sambil menyodorkan plastik yang berisi martabak ke gue.

Sebelum gue mau ngucapin terima kasih, dia bilang alasannya kenapa telat.

"Sorry banget ya Je, gue telat dua puluh menit. Tadi kan gue ngejanjiin lima belas menit. Itu tadi beli martabak dulu, gue inget tante kan suka martabak, jadi ya gue mampir dulu beli. Mana tadi abangnya yang jual nge gosip. Ya jelas gue antusias lah". Kata Farhan dengan bangganya.

"Lo tuh kalo nge gosip nomor satu, udah kaya ibu-ibu komplek kalo lagi ngumpul beli sayur di tukang sayur keliling. Inget dosa Han. Lo udah tua, nggak ngurangin dosa malah nambah dosa" Ucap gue menasehati Farhan kemudian mengambil martabak dari tangan Farhan.

"Eh btw makasih Han, repot-repot lo bawain." Ucap gue pada Farhan. Lumayan nanti nggak usah beliin Mama jajan lagi kalau balik.

Farhan cuma ngangguk di atas motornya menunggu gue untuk naik.

"Bentar Han gue taruh dalem dulu, tungguin lho jangan ditinggal" Ucap gue sambil bercanda.

"IYA JEJE CANTIK"

Tuh kan mulai lagi, sebel banget gue kalo Farhan udah gitu, suka bikin hati lemah.

Setelah gue menyerahkan martabaknya ke Mama, Mama cuma bilang "Nanti sampaikan ke Farhan bilang terima kasih gitu ya Je" gue saat itu langsung ngangguk terus pamitan lagi.

Saat  gue keluar Farhan dengan antusias kemudian bilang.

"Mau kemana nih kita Je? Gue siap jadi tukang ojek lo malem ini, mau nongkrong ayo, mau makan dimana juga ayo"

GROW OLD WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang