Bonus Chapter : Closure 3

332 37 6
                                    

A/N : Vote, komen, dan enjoy.

Flat kecil milik Belle dini hari itu terlihat lebih penuh dari biasanya dengan kehadiran Jerome

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Flat kecil milik Belle dini hari itu terlihat lebih penuh dari biasanya dengan kehadiran Jerome.

Laki-laki tanpa alas kaki itu sekarang sedang duduk di kursi kecil yang ada di dapur dengan kepala yang menunduk.

"Minumlah," ucap Belle sambil meletakan cangkir berisi air hangat di atas meja makan.

Jerome meraih cangkir tanpa berniat menatap perempuan yang sekarang sudah duduk manis di hadapannya.

Ini bukan pertama kalinya Jerome menggedor pintu flat Belle seperti orang kesetanan. Ini juga bukan kedua kalinya laki-laki itu memeluknya setelah mendapatkan mimpi buruk.

Seburuk apa mimpi itu? Sampai sekarang Belle tidak tahu karena Jerome menolak untuk bercerita.

Tapi dilihat dari tubuh laki-laki itu yang begetar, napasnya yang tersengal-sengal dan tetesan keringat yang ada di pelipisnya, Belle tahu kalau itu adalah mimpi yang sangat buruk.

Lima belas menit berlalu, dan Jerome sudah mulai berani mengangkat kepalanya.

Setelah ini dia akan menatapku dengan wajah memelas dan berucap...

"Maafkan aku, Belle."

Tebakanku benar.

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa."

"Itu malah semakin membuatku merasa bersalah. Kau tidak seharusnya terbiasa dengan aku yang menggedor pintu flatmu jam tiga dini hari."

"Hei, aku benar-benar tidak apa-apa." Belle menggenggam tangan Jerome yang ada di atas meja makan. "Jangan terlalu dipikirkan, oke."

"Terima kasih, Belle."

"Sama-sama." Belle tersenyum, dan senyum itu turut membuat sudut-sudut bibir Jerome terangkat.

"Kau bilang mimpi burukmu sudah jarang terjadi."

Jerome menghembuskan napas berat. "Ya, belakangan memang seperti itu tapi, malam ini mimpi itu datang lagi. Lebih buruk dari yang pernah ku alami."

"Kalau aku boleh tahu, mimpi apa yang kau alami?"

Tubuh Jerome seketika membeku.

Ia menatap Belle lamat-lamat dan seperti sihir, wajah Rosaline muncul. Bahkan rambut Belle yang berwarna pirang karena bleaching berubah menjadi coklat terang, seperti warna rambut Rosaline.

Saat ini Belle hanya menatap Jerome dengan pandangan kosong, namun suara Rosaline memenuhi telinganya.

"Ayolahhh, aku setengah mati mencoba untuk membuatkan spaghetti ini untukmu. Dicicipi, ya. Ku mohon."

"Kalau kita memakannya setelah latihan, bisa-bisa pastanya sudah mekar dan rasanya jadi aneh."

"Sekarang saja, oke."

SEÑORITA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang