10. Darkness

541 84 13
                                    

A/N : Seharusnya Senorita diupdate setiap hari Minggu. Tapi minggu kemarin gue lagi gak semangat banget buat ngapa-ngapain, jadinya baru bisa up hari ini.

Maafkan gaes.

Btw jangan lupa di vote dan komen biar gue seneng.

Kalo gue seneng kali aja upnya 2 minggu sekali.

Jam 3 pagi di lantai 2 sebuah bangunan tidak terpakai, Jerome baru saja mengalahkan lawan tandingnya dengan mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam 3 pagi di lantai 2 sebuah bangunan tidak terpakai, Jerome baru saja mengalahkan lawan tandingnya dengan mudah. Seorang laki-laki berkulit coklat terkapar di atas ring dengan wajah babak belur, dan beberapa tulang di tubuhnya patah.

Tidak jauh dari tubuh tak berdaya itu, berdiri menjulang Jerome yang menatap dengan sorot mata dingin meremehkan. Pemuda tanpa ekspresi itu terlihat baik-baik saja, meski faktanya ia baru saja membuat seseorang hampir kehilangan nyawa.

Tidak ada luka yang serius di tubuh Jerome, hanya ada sebuah lebam di pipi sebelah kanan. Luka itu didapatnya saat ia lengah dan lawan menggunakan kesempatan itu untuk menyerang.

Sialnya, karena serangan itu Jerome malah semakin kalap dan menghanjar habis-habisan orang itu sampai terkapar, dan menginjak perutnya dengan sangat kencang hingga memuntahkan darah.

Orang-orang yang menonton pertandingan itu bersorak-sorai dengan ricuh. Tidak sedikit yang meminta Jerome untuk mematahkan leher lawannya, namun ia tidak melakukan itu..

Bukan karena kasihan, melainkan tidak selera.

Maka dari itu, setelah memastikan lawannya benar-benar sudah tidak bisa bangkit, Jerome memutuskan untuk turun dari ring.

Bagaimanapun, dia sudah menang telak.

"Kau seharusnya bisa lebih lembut, sudah kubilang kalau lawanmu malam ini amatir." Mike, orang yang mengatur jadwal pertandingan sekaligus uang kemenangannya, berucap sambil memberikan sebotol air kepada Jerome yang berjalan menjauh dari ring.

"Tidak biasanya kau menerima lawan yang tidak sebanding denganmu, perasaanmu sedang jelek ya?" lanjut Mike. Namun Jerome tidak menghiraukan pemuda berbadan kecil yang terlihat lebih pantas bekerja sebagai seorang penjaga perpustakaan dari pada pengurus arena tarung ilegal itu.

Langkah Jerome membawanya ke sebuah ruang ganti, jauh dari kerumunan orang-orang sinting yang menikmati teriakan kesakitan, kekerasan, siksaan, dan tetesan darah yang tercucur di atas ring.

Orang-orang sinting itu rela membayar mahal, hanya untuk melihat dua orang manusia bertarung; saling memukul, menendang, dan mematahkan tulang satu sama lain. Malah, bagi mereka akan lebih memuaskan kalau nyawa salah satu dari petarung itu hilang.

Kenikmatan melihat tubuh tak bernyawa itu tak ternilai harganya.

Bagi Jerome, manusia adalah makhluk menjijikkan yang tidak berbeda jauh dengan binatang. Bahkan baginya, manusia jauh lebih buruk dari binatang.

SEÑORITA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang