Ali di buat berdecak saat cewek yg menolongnya tadi terus menatap dirinya tanpa kedip. Ia harus rela di seret oleh cewek tadi kedalam mobilnya untuk dibawa ke klinik yg berada tak jauh dari tempat kejadian tadi,
Untuk mengobati luka goresannya yg terlihat cukup dalam karena sudah terasa perih, panas, dan mengeluarkan darah terus menerus."Nama lo siapa?" Tanya gadis yg ia tahu bernama Prilly tadi.
Ali hanya diam sambil memperhatikan perawat memberikan perban di luka tangannya sambil tersenyum karena kata- kata Prilly sejak tadi.
"Ih.. ganteng- ganteng budeg! Sus.. nanti bersihin congek di kupingnya sekalian ya! Kasihan kalau ntar dia jadi tuli karena tu congek membeku!" Ucap Prilly membuat suster tersebut terbahak dan Ali menatapnya dengan sorot mata dingin.
"Yahh.. si Suster! Di kira saya ngelawak kali ya. Gimana? Mau ngak sus sekalian bersihin?"
"Ngak!" Ucap Ali yg akhirnya mengeluarkan suara yg membuat Prilly langsung menoleh pada cowok tersebut.
"Lo barusan ngomong? Ya tuhann... ternyata dia ngak bisuuuu!" Prilly menagkup kedua tangannya lalu mengusapkan pada wajah sambil bersyukur.
Sedangkan suster masih terkikik geli melihat interaksi keduanya sejak awal. Yg satu cuek! Yg satu ekspresif. Cocok sekali.
"Sudah selesai Mas, jangan banyak gerak dulu ya, ada 13 jahitan, nanti usahakan ganti perbannya setiap hari" ucap suster tersebut membuat Ali mengangguk.
"Karena ini tadi bius lokal, jadi reaksinya akan hilang dalam 1 jam kedepan, mohon tahan sakitnya ya, ini resep obat dari Dokter Helmi tadi yg harus di tebus" Suster menyerahkan secarik kertas pada Ali dengan tulisan resep yg harus ia tebus.
"Baik.. makasih sus!" Jawabnya sambil mengenakan jaketnya kembali dan langsung berjalan keluar dari ruangan, menuju tempat administrasi.
"Eh..! Tunggu- tunggu! Ngak sopan baget sih, udah di tolongin main ninggal aja!" Ucap Prilly mengikuti Ali yg terus melangkah ke bagian Administrasi.
"Atas Nama Aliansyah Dewangga pak" ucap Ali saat berada di bilik kaca yg menghubungkan dengan petugas.
"Ohh.. jadi Nama lo Aliansyah!" Prilly bersedekap sambil menatap cowok tampan itu di dinding dengan posisi menyamping.
"Semuanya 450 ribu Mas" ucap petugas tersebut sedikit membuat Ali tercengang. Ia mengeluarkan uang dari dompetnya menggunakan tangan kiri yg tidak terluka.
Untung saja, sebelum berangkat tadi ia sempat menggesek uang terlebih dahulu. Ali menghela nafas frustasi ketika isi di dompetnya hanya tinggal 50 ribu dari uang 500 ribu yg pagi tadi ia ambil. Sepertinya gara- gara ulah preman tadi dirinya harus kembali menguras isi tabungannya untuk hal yg tak terduga.
"Obatnya bisa di ambil di Apotik samping ya mas, dari sini nanti mas belok kanan"
"Baik, Makasih ya pak!" Ucapnya mengembalikan dompet ke saku celana. Ia harus bergegas cepat ke bengkel sebelum hari semakin sore dan efek bius penahan rasa sakitnya hilang.
"Ehh.. Ali.. Ali.. tunggu!!!" Gadis tadi masih saja membuntutinya saat dia mengambil obat dan berjalan keluar klinik.
"Mau apalagi sih lo?" Ucapnya begitu dingin.
"Ih.. dasar ngak tau terr...."
"Makasih!" Ali menyahut dengan cepat untuk menghentikan ucapan Prilly. Mata polosnya menatap Ali yg berhenti dan berdiri di hadapannya. Tuhan, kenapa ada cowok setampan ini! Dari sekian banyak cowok tampan yg pernah ia lihat, kenapa kali ini, karisma Ali benar- benar tidak bisa di elakkan.
"Mau apa lagi lo? Gue udah ngucapin trimakasih!"
Ketus sekali nada suaranya. Baru pertama kali Prilly mendapatkan nada bicara seperti ini dari seorang cowok. Biasanya para kadal akan bicara dengan nada lembut karena terpikat dengan keimutan dan kecantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBAB
RomanceSelamat datang di SEBAB kisah ini bisa hadir. Aliansyah Dewangga & Prillyta Handoyo