Ali terkejut melihat alamat yang Stevan berikan melalui pasan Whatsup yg ia baca di ponselnya. Ada sebuah rumah kecil bangunan lama dengan satu pintu dan warna cat yg sudah hampir memudar. Sebelumnya ia harus melewati gang sempit yg hanya bisa dilewati oleh sepeda motor dan terpaksa meninggalkan mobilnya di teras toko yg sudah kosong di depan.
Ali kembali menanyakan alamat tersebut pada seseorang yg kebetulan ia lewati dan ternyata benar. Ibu- ibu tersebut membenarkan ciri- ciri gadis yg sama persis saat ia menyebutkan gadis mungil yg memiliki rambut sebatas bawah bahu milik Prilly.
Kini Ali sudah berdiri di depan pintu usang itu dan mengetuknya beberapa kali. Tapi nihil, sama sekali tak ada jawaban dan tanda- tanda jika Prilly sedang ada di rumah.
5 jam menunggu. Ali baru melihat Prilly yg datang dengan gontai dengan mata yg terus berusaha di buka lebar karena rasa kantuk yg menyerang. Ali memang sengaja menunggu untuk memastikan jika ini benar- benar tempat tinggal Prilly yg sekarang.
Ada rasa kesal sekaligus khawatir melihat Prilly yg baru pulang dini hari seperti ini. Sebenarnya darimana gadis itu! Kenapa jam segini baru pulang? Apa yg dilakukan di luaran sana?
Prilly sama sekali tak memperhatikan sekitar dan juga tak tahu jika sedari tadi Ali berada di teras sebelah kanan dan berdiri menunggunya. Dengan bersedekap Ali sudah ingin memberondong Prilly dengan berbagai pertanyaan yg harus gadis itu jawab malam ini juga.
Prilly bahkan membuka pintu dengan mata tertutup karena sepertinya ia benar- benar lelah dan sangat mengantuk. Kerika kunci itu di putar dan di dorong untuk terbuka, suaranya langsung ia keluarkan dengan kalimat pertama yg membuat badan Prilly berputar untuk menoleh.
"Darimana aja kamu? Kenapa baru pulang?"
Tanyanya dengan pandangan tajam menusuk dengan tangan yg bersedekap di dada.Mata Prilly yg tadinya mengantuk langsung terbelalak lebar karena terkejut dengan keberadaannya di rumah ini.
"Ali..?" Ucap Prilly yg membuat Ali diam. Cowok itu justru masuk ke dalam rumah melewati Prilly tanpa terlebih dulu meminta izin. Ali memutarkan pandangan matanya mengitari tempat yg bisa di sebut jauh dari kata layak, namun masih terlihat nyaman di tinggali, karena sepertinya Prilly merawatnya dengan benar.
Barang- barang disini adalah perabotan lama yg hanya terdiri dari kursi kayu usang, jam dinding berbentuk kubah masjid, dua kamar tidur dan satu pintu masuk lagi yg sepertinya menuju ke dapur dan kamar mandi.
Ada rasa nyeri dalam hati Ali melihat ini semua. Apa Prilly selama ini tinggal di tempat seperti ini? Kenapa dia bisa tidak tahu? Sebenarnya apa yg terjadi pada gadis itu sehingga hidupnya yg dulu penuh dengan kemewahan bisa berbanding terbalik seperti sekarang?
*Plak..!
Satu tepukan di punggungnya dengan kencang membuat Ali mengaduh karena pukulan itu sangat terasa panas."Kamu ngapain disini? Darimana kamu tahu rumah ini!" Teriak Prilly kesal dan membuat Ali menoleh. Ali memberikan Prilly tatapan tajam seperti dulu lagi.
"Apa!" Teriak Prilly dengan kedua tangan yg sudah berada di pingang, seolah tak takut dengan tatapan membunuh itu.
"Cepet bilang Ali! Kamu tau rumah ini dari siapa? Jangan diam aja!"
"Dari Stevan!" Jawab Ali cepat dan membuat Prilly terbelalak. Kenapa dia bisa sampai lupa? Kebohongannya kemarin pasti sudah diketahui Ali dan cowok ini menanyakan alamatnya pada Showroom. Bodoh sekali dirinya, runtuk Prilly dalam hatinya.
Prilly menghentakkan satu kakinya kesal dan melempar tas selempang tadi ke kursi samping Ali.
"Kenapa kamu bohong?" Tanya Ali ketika Prilly ingin melangkah ke kamar mandi. Langkahnya terpaksa harus berhenti karena Ali memegang pergelangan tangannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBAB
RomanceSelamat datang di SEBAB kisah ini bisa hadir. Aliansyah Dewangga & Prillyta Handoyo