Part 7

999 138 51
                                    

Aliansyah terpaksa harus duduk dulu di ruang tengah rumah Prilly menyaksikan Mami gadis itu sedang mengomel panjang lebar karena kecerobohan yg membuat lutut Prilly sendiri terluka. Melihat semua itu, sekarang Ia jadi tahu, darimana kebawelan Prilly berasal.

Ali menahan tawanya sedari tadi karena Prilly terlihat seperti anak ayam yg hanya diam dan menunduk patuh pada induknya. Gadis itu padahal sudah mengaku salah dan meminta maaf, tapi sang Mami masih menasehatinya banyak- banyak.

"Mengerti kamu Prilly? Mami cuma ngak mau terjadi apa- apa sama kamu! Di luaran sana kamu harus jaga diri kamu sendiri nak, kamu udah dewasa. Jangan selalu bikin mami khawatir dong"

"Iyaa Miiiii..." jawab Prilly dengan nada lemas.

Pandangan Mami Prilly lalu tertuju pada Aliansyah yg hanya diam menyaksikan ia berbicara.

"Kamu siapa? Pacarnya Prilly?" Tanyanya pada Ali yg membuat Ali tersenyum.

"Bukan tante, saya temannya Prilly. Perkenalkan, saya Aliansyah. Panggil aja Ali tan" Ali mengulurkan tangannya pada Mami Prilly di sambut dengan senyuman.

"Udah tante duga kalau kamu bukan pacarnya anak tante! Siapa juga yg mau sama anak slebor dan ceroboh kaya dia!" Ucap Mami Prilly membuat Ali ingin tertawa sangat kencang.

"Ih Mami..! Promosiin anaknya yg baik- baik kek! Ini malah engak!" Bibir Prilly mengerucut.

"Ye kan bener kalau kamu ceroboh! Hih, masih ngeyel lagi!"

Prilly menghentakkan kakinya kesal membuat luka di lututnya semakin terasa.
"Awwss..!"

"Tuh kan, udah tau sakit. Kek gitu kok ngak mau di bilang ceroboh!" Sambung Mami Prilly membuat wajah Prilly semakin di tekuk.

"Nak Ali makan dulu ya, tadi bibik masak banyak kayaknya!"

"Ngak usah tante, Ali mau langsung pulang aja. Ngak enak soalnya tadi Ali pinjam motor teman"

"Loh, kamu tinggal dimana memang?"

"Ali ngeKos tan"

"Ohh.. anak rantau?" Tanya Mami Prilly hanya di jawab senyum oleh Ali.

"Ali keren tau Mi, dia kuliah sambil kerja di bengkel. Mobil Prilly kemarin yg benerin dia"
Prilly mulai menceritakan tentang Ali pada Maminya.

"Oh ya? Hebat ya kamu! Masih muda udah mandiri. Prilly mana bisa? Kerjaannya cuma belanja sama ngabisin duit!"

"Ihhh.. Mami kok Bully Prilly lagi sih? Keseeelllll!!!" Renggeknya manja membuat sang Mami tertawa dan langsung memeluknya.

"Hahahaha.. engak sayang! Seberapa minus sifat kamu. Kamu tetap anak Mami yg palinggg Mami sayang!"

Mendengar itu Prilly mencebikkan bibir. Namun kecupan di keningnya membuat senyum di bibirnya terbit. Maminya memang suka mengomel. Tapi ia tahu jika itu adalah bentuk kasih sayang yg di curahkan pada dirinya.

Ali yg melihat Prilly dan Maminya, mendadak teringat sang Mama yg sudah pergi meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini. Kalau saja Mamanya masih ada, pasti ia juga akan mendapatkan kasih sayang seperti yg Prilly terima.

Prilly yg melihat Ali menatapnya dengan sang Mami, melepaskan pelukan Maminya dan memberikan kode jika Ali tengah menatap mereka berdua dengan pandangan kosong.

"Li..."

"Alii!!" Panggil Prilly sekali lagi membuat Ali baru tersadar.

"Ah iya, maaf.. maaf"

"Emm, li.. gimana kalau lo pulang pake mobil gue aja? gue besok ujian jam 10, jemput gue yaa.. hehehee" Pinta Prilly membuat Ali menatapnya dengan kesal.

SEBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang