3 tahun kemudian....
Ali berjalan keluar dari penjara dan masuk ke dalam mobil mewahnya setelah menemui sang adik Mettew Tomas Nawilis yg 3 tahun lalu menyerahkan diri sebagai pertanggung jawabannya karena telah merencanakan pembunuhan nyawa seseorang dan melakukan pembunuhan massal dengan meledakkan Bom di rumah singgah saat itu.
Hubungan keduanya sudah membaik, bahkan bisa di katakan sangat baik, saat Ali dulu meminta maaf dan berusaha meyakinkan Tomas dengan tulus, akhirnya Tomas mau menerima hubungan persaudaraan yg Ali tawarkan, mau bagaimanapun mereka tetaplah memiliki aliran darah dari Ibu yg sama. Ali terus memberikan dorongan semangat dan kasih sayang seorang saudara sampai saat ini. Sampai dimana Tomas di jatuhi hukuman penjara seumur hidup karena pembunuhan berencana yg ia lakukan.
Setiap satu atau dua minggu sekali, Ali akan mengunjungi Tomas dan bercerita tentang kegiatan apa saja yg mereka lakukan di lain tempat. Tomas kini menjadi pribadi yg lebih baik, bahkan ia menjadi orang yg taat beribadah dan menulis buku- buku Inspiratif di ruang tahanan.
Lain halnya dengan Aliansyah Dewangga Gerard! Ya, nama Gerard kini menjadi nama besarnya lagi. Ia tidak malu menjadi anak seorang mantan Mafia yg di eksekusi mati. Baginya sang Ayah masih menjadi kebanggaan seperti fikirannya dulu. Biar saja masalah itu menjadi masalalu yg akan Ali jadikan pelajaran.
Ali kini bukan lagi mahasiswa akhir suatu universitas. Bukan lagi seorang montir di bengkel. Ali yg sekarang sudah menyelesaikan gelar Masternya setahun yg lalu, dan saat ini menjadi CEO di perusahaan Properti yg sangat sukses.
Om Rio Gerard memilih pensiun dari bisnis yg ia besarkan saat bisnis itu didirikan oleh Ian Gerard, kakak sekaligus Ayah dari Aliansyah yg di rintis dari kerja kerasnya sendiri tanpa hasil kejahatan yg dulu di perbuat. Rio Gerard hanya memilih bekerja sebagai patner pasif dalam perusahaan, dan menekuni hobi barunya di sanggar Judo yg ia bangun 2 tahum lalu untuk umum.
Ali kini menjadi lelaki yg sibuk. Dia mengelola bisnis dengan tekun agar tidak mengecewakan sang Ayah dan sang Om yg sudah susah payah membesarkan perusahaan dan mampu bertahan di kerasnya persaingan pasar.
Yg tidak berubah hanya satu, sikap cuek dan dinginnya dulu masih saja sama dan berlaku hingga sekarang pada semua bawahannya di kantor.
Ali sudah sampai kembali di Lobby kantornya dan menyerahkan kunci mobilnya agar bisa di parkirkan oleh Satpam. Tak lupa mengucapkan terimakasih dan senyum pada pak Warno, yg sudah ia kenal akrab sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di perusahaan ini.
Sapaan para karyawannya Ali balas dengan senyum kecil seperti biasa. Ia bukanlah pemimpin yg keras dan otoriter, hidup susahnya dulu membuat Ali bisa menghargai setiap Profesi apa saja yg lebih rendah dari posisinya sekarang.
Ali masuk ke ruangannya sendiri setelah sebelumnya di sapa oleh sang Sekretaris yg berdiri dari mejanya lalu membungkuk sopan.
"Berkas yg saya minta sudah kamu siapkan Maya?"
"Sudah pak Ali.."
"Oke, terimakasih." Jawab Ali sambil berlalu.
Ali kembali menekuni pekerjaannya. 24 jam harinya hanya terpotong 6-7 jam untuk tidur, sisanya ia gunakan untuk kerja, kerja dan kerja.
Urusan perempuan sama sekali tak Ali fikirkan, sejak hubungan bersama Sindi berakhir waktu itu, dan sejak dirinya kehilangan Prilly untuk selamanya.
Kekuasaannya yg sekarang membuatnya tak berhasil menemukan Prilly masih hidup atau sudah tiada. Berbagai cara Ali lakukan, sampai ia menerima fakta jika Perusahaan Berlian ayah Prilly juga sudah beralih tangan pada orang lain sejak Ali kembali menempuh pendidikan S2 nya di Amerika 1 tahun yg lalu. Tapi anehnya, nama besar Bp. Handoyo yg notabene adalah pengusaha besar sama sekali tidak bisa Ali temukan meskipun sudah mengandalkan Gino.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBAB
RomanceSelamat datang di SEBAB kisah ini bisa hadir. Aliansyah Dewangga & Prillyta Handoyo