Part 3

951 141 14
                                    

11.59 Wib

Kalau sebuah keberuntungan bisa hadir untuk setiap insan manusia yg terlahir di dunia ini, sudah pasti tidak akan ada status kaya dan miskin yg membedakan kasta setiap orang bisa di atur dari seberapa banyaknya uang dan seberapa tinggi jabatan yg ia miliki bukan?

Ya, itulah yg ada di dalam fikiran gadis cantik yg mengenakan celana Jeens robek dan kaos bertuliskan "Good Girl" dengan rambut yg di kuncir satu. Dia duduk menatap beberapa anak kecil yg sedang menjajakkan koran, kerajinan tangan serta dagangan Asongannya di setiap pemberhentian lampu merah. Sengatan sinar matahari panas dan polusi udara sudah menjadi teman akrab mereka di ibu kota Jakarta yg keras ini.

Ia bersyukur, terlahir dari keluarga berada membuatnya memiliki nasib yg lebih baik dari anak- anak itu. Tapi ia tak bertinggi hati menggunakan fasilitas yg Papinya berikan untuk dirinya sendiri.

Apa yg ia punya, sebagian ia sisihkan untuk mereka- mereka yg kurang beruntung, tanpa sepengetahuan Orang tuanya. Salah memang, tapi ia tak perduli selama Sang Papi tak memprotes pengeluarannya.

"Kak Prilly..!" Panggil anak berbadan gendut berumur 12 tahun.

"Haii Boniii, gimana? Udah dapet banyak duit belum hari ini?" Tanya Prilly dengan nada dan senyum cerianya.

"Lumayan nih kak. Udah bisa buat beli nasi bungkus sama mamak entar sore" jawabnya lucu dengan cengiran khas yg ia punya.

Prilly terkekeh menatap anak berambut cepak yg membawa dagangan asongan di perut buncitnya. Ia hidup berdua dengan Ibunya yg berprofesi sebagai pemulung.

"Rara mana Bon? Tumben ngak kelihatan?"

"Ada kak, mana ya tadi, itu kak disana" tunjuk Boni pada Anak perempuan kecil sekitar 10 tahun yg sedang transaksi jual beli manik- manik gelang.

"Wah senengnya liat dagangan kalian hari ini laris manis. Liat tu si asep! Kayaknya korannya juga udah habis" Prilly menatap anak laki- laki seumuran Boni yg berlari ke arah mereka berdua dengan senyum bahagia.

"Kakak Prilly, kakak kesini lagi?" Tanyanya pertama kali saat melihat Prilly berbincang dengan Boni.

"Iya sep! Kakak kesepian nih di rumah. Mami sama kakaknya kak Prilly lagi nginep di rumahnya Opa"

"Ohh.. kalau gitu nanti kakak bisa dong lama- lama di rumah singgah?"

"Bisaa dong.. makanya kakak kesini" jelas Prilly dengan senyum cantik yg ia tampilkan.

"Eh, nih minum dulu. Kakak udah beliin mineral digin tadi di warung pak Bejo"

Prilly menyerahkan botol air mineral yg tadi di belinya terlebih dulu karena melihat cuaca yg panas di warung langganannya jika ia menunggu anak- anak ini berjualan.

"Ciee Rara, laku keras niyeee?" Goda Boni saat Rara ikut bergabung bersama mereka.

"Iya kak Boni! Tadi dagangan Rara di borong sama Om baik" Rara bercerita sambil mengangkat dagangnya yg hanya tinggal sedikit.

"Wahh.. senangnyaaa liat kalian seneng kek gini. Kalau gitu istirahat sebentar yuk, kita makan Mie ayamnya pak mamang buat makan siang? Mau ngak? Kak Prilly laper nih" keluh Prilly sambil mengelus perut ratanya.

"Mauuuu...!!!" Jawab Boni, Rara dan Asep dengan semangat.

Mereka semua berjalan ke arah pedangang Mie ayam yg mangkal di bawah pohon rindang yg tak jauh dari tempat anak- anak ini berjualan.

"Pak mamang.. Mie ayamnya empat yaaaa!" Prilly berteriak saat pak Maman sibuk meracik mie ayam pesanan orang yg sudah duduk terlebih dahulu di tikar bawah pohon.

SEBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang