14. Declaration

284 58 60
                                    

"Gue denger kemarin lo bilang ke squicle kalo hubungan kita rumit?"

Seperti biasa, hari ini Sehun dan Sejeong berangkat Bersama ke kampus. Belum benar Sejeong membetulkan sabuk pengaman, Sehun sudah menyerangnya dengan sebuah pertanyaan.

"Ya emang kan?"

Sebenarnya Sejeong rindu mengendarai Redi—sepeda motor miliknya. Namun bagaimana lagi, ia tidak mau Sehun menggendong paksa tubuhnya untuk dimasukkan ke dalam mobil.

Sehun menatap dengan kesal, "Tapi kesepakatannya kan ga gitu, Sejeong."

Sejeong termenung. Benar juga, seharusnya ia mengaku menjadi pacar Sehun dihadapan Chanyeol. Karena takut Sehun akan marah padanya, Sejeong malah menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum lebar. "Hehe maaf."

Sial. Hal ini mungkin tidak baik untuk jantung Sehun. Tidak boleh! Ia harus mengendalikan diri.

Lelaki itu segera mengalihkan pandangannya. Tangan kirinya segera menarik tuas hand rem dan melajukan mobil sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.

🍊🍊🍊

Kaki Sejeong berjalan dengan kaku. Sebenarnya ia masih belum terbiasa dengan tatapan lekat dari mahasiswa lain, bahkan ada yang terang-terangan berbisik dihadapannya. Ingin rasanya ia berteriak Demi Tuhan gue ga pacaran sama dia! atau mungkin kalimat lain seperti Tolol! BNB lo ini Sukanya sama cowok! Percuma lo ngarep juga.

Sehun yang merasa Sejeong tertinggal dibelakang segera menghentikan langkah dan berbalik untuk menarik gadis ini mendekat. Sejeong pasrah, terserahlah. Ia bahkan tidak akan kaget apabila nanti ia tiba-tiba muntah paku, sekrup atau bahkan sekop sekalian.

Gedung pembelajaran milik teknik ini sudah cukup ramai. Sepertinya memang banyak kelas yang jadwalnya bersamaan hari ini. Lift berdenting lalu terbuka. Sehun, Sejeong  dan empat orang lainnya segera melangkah masuk.

Mata Sejeong menangkap salat satu dosen paruh baya dengan gaya klasik dan rapi diantara empat orang itu. Astaga, lagi-lagi dosen killer itu.

"Pagi, Sehun."

Wow. The power of BNB sekali ya sepertinya. Coba sebutkan di universe mana seorang dosen menyapa mahasiswanya terlebih dahulu?

"Pagi, Bu." Balas Sehun sambil merendahkan kepalanya sopan. Sejeong yang ada disebelah Sehun pun ikut melakukan hal yang sama, ya meskipun dia tidak disapa sih.

Bu Mikyung menurunkan sedikit kacamatanya setelah melihat eksistensi Sejeong. "Pacar kamu, Hun?"

Sehun melirik Sejeong, seolah meminta persetujuan untuk mengatakan iya. Padahal semisal Sejeong menolak pun Sehun tak peduli.

"Iya, Bu."

Tuhkan.

Bu Mikyung tampak mengangguk mengerti. "Cantik."

Sejeong tersipu. Dosen yang terkenal cerewet dan galak ini memujinya. "Terima-"

"Tapi sayang agak berantakan ya?" Tukas Dosen itu dengan menatap Sejeong dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Sejeong menahan napasnya, berusaha untuk tidak mendengus apalagi mengumpat. Sedangkan Sehun disampingnya sudah membekap mulut untuk menghalau tawa.

Sampai di lantai 4, Bu Mikyung —diikuti Sejeong dibelakangnya segera keluar dari lift. Entah kenapa rasanya sedikit canggung karena hanya ada mereka berdua di tengah lorong.

Sebentar, dimana dosen cerewet ini akan mengajar? Baru Sejeong memikirkan kemungkinan terburuk, dosen itu sudah melangkahkan kaki untuk masuk ke ruang kelasnya.

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang